Hai ! semoga semua
dalam keadaan sehat ya. Hari ini agak panjang lanjutan ceritanya. Pada intinya,
#9 ini menceritakan bahwa para kstaria akan berpencar untuk mencari teratai
emas. Sebelumnya tetap akan aku kisahkan episode sebelumnya.
Dongeng berjudul “Petualangan
Kelana” ini menceritakan tentang seorang prajurit bernama Kelana (#2). Suatu
hari ia berhasil menggagalkan rencana Rafas, penyihir jahat, untuk melukai Putri
Mahesa, putri Sang Raja (#3). Atas keberaniannya, Kelana diangkat menjadi
seorang Ksatria Kerajaan.
Ketika
sedang berbincang dengan Putri Mahesa, Kelana berbohong mengenai keadaan
keluarganya (#4) dan Putri Mahesa menceritakan kisah mengenai hilangnya Sang
Ibu (#5).
Saat hari pelantikan
tiba, Kelana mengusir adiknya yang datang ke kerajaan (#6) dan secara
tiba-tiba, Rafas tiba-tiba muncul dan membuat Putri tidak sadarkan diri. Ia pun
mengaku bahwa ialah yang membunuh Sang Permaisuri, ibu Putri Mahesa (#7). Ketika
kerajaan Andala diselimuti kegelapan karena sihir Rfas, Permaisuri menemuinya
dan ia merebut tongkat Rafas. Namun naas, ia terjatuh dari tebing (#8). Rafas
mengatakan Putri Mahesa bisa kembali sadar dengan syarat kerajaan Andala
diserahkan kepadanya.
***
Putri Mahesa kemudian
dibaringkan di tempat tidurnya. Sang raja tidak lupa menutup tubuhnya dengan
selembar selimut yang hangat. Ia menangis melihat putrinya terlelap akibat
sihir dari Rafas. Ia meminta para pelayan untuk bergantian menjaga Putri
Mahesa. Segera setelahnya, ia kembali ke ruangan tengah dan duduk termenung di
atas singgasana.
Di sana sudah terdapat
para ksatria dan penasihat kerajaan sedang menunggu. Mereka mengadakan
pertemuan penting.
“Tak kusangka ia telah
membunuh sang ratu ! sungguh orang jahat !” kata seorang Ksatria.
“Aku tidak tahu apa yang harus
kulakukan. Haruskah aku menyerah dan memberikan kerajaan ini padanya ?” Tanya
sang raja sambil menunduk. Ia menopang dahinya dengan tangan sambil menatap ke
bawah.
Semua yang ada di
istana hanya bisa terdiam, sebelum akhirnya salah seorang berkata,
“Yang Mulia. Pikirkanlah sejenak. Kita
memiliki waktu seminggu untuk semua ini. Kita masih bisa mengusahakannya.”
“Biarkanlah kami maju, Yang Mulia ! Kami
adalah ksatria terpilih dan sudah menjalani pelatihan yang keras ! sekarang
adalah saatnya untuk membuktikan bakti kami kepada kerajaan !” kata salah
seorang ksatria yang diikuti oleh sorak dan anggukan kstaria lain.
“Kalian tidak tahu siapa yang akan
kalian hadapi. Lihatlah, tidak ada seorangpun dari kita yang bisa menyentuhnya
!” raja menjawab.
Susana kembali tenang.
Mereka mengetahui bahwa Rafas adalah orang jahat yang memiliki kekuatan sihir.
Tidak heran selama ini dia tak tersentuh karena ilmu hitamnya itu.
Mereka yang ada di sana
berdiskusi dengan alot untuk menemukan jalan keluar mengalahkan Rafas. Apabila
kerajaan jatuh ke tangannya, pastilah kehidpuan masyarakat akan menjadi
menderita dan hancur. Mereka tidak ada pilihan lain dan diskusi itu hanya
menemui jalan buntu. Tiba-tiba, salah seorang penatua berkata,
“Ada sebuah legenda. Di sana dikatakan
bahwa siapapun yang berhasil mendapatkan teratai emas milik penyihir baik, akan
menjadi orang terkuat di negeri ini. Namun untuk mendapatkannya tidaklah mudah.
Ia harus melewati berbagai tantangan dan rintangan yang amat berat. Kudengar
belum ada satu orangpun yang berhasil mendapatkannya,”
“Di manakah kita harus mencari teratai
emas itu ?” Tanya salah seorang ksatria.
“Tidak ada yang tahu..” jawabnya.
Semua tercengang dengan
jawabannya. Bagi mereka, itu adalah hal yang amat mustahil dilakukan. Namun
mendapatkan teratai emas adalah satu-satunya cara untuk bisa menyelamatkan
kerajaan dan Putri Mahesa.
“Baiklah yang mulia, sebagai ksatria di
sini, kami akan berpencar dan mencari teratai emas itu. Jangan khawatir, para
prajurit akan tetap tinggal di kerajaan dan menjaga keamanan. Kami akan kembali
sebelum waktunya habis, untuk bertemu dengan Rafas, raja kejahatan itu !”
ksatria berteriak sambil mengepalkan tangannya. Dari sorot matanya terlihat
amarah yang membara.
Mendengar hal itu,
Kelana terkejut dan tidak berapa lama kemudian sang raja berkata,
“kami berhutang budi pada kalian,” sang raja
tiba-tiba beranjak dari singgasananya dan bertulut di hadapan para kstaria. ia
meneteskan air mata haru karena kepahlawanan para ksatria. Kelana masih terdiam
ketika para ksatria membantu sang raja berdiri lagi.
Merekapun segera
memberi hormat kepadanya dan bergerak menuju ke ruangannya masing-masing. Tidak
ada hari esok. Saat itu juga mereka akan bersiap berangkat untuk mencari
teratai emas yang antah berantah.
Kelana mengemas
barangnya dengan enggan. Pikirannya melayang ke mana-mana. Ia berpikir mengenai
keluarganya dan terutama keselamatan dirinya sendiri. Ia masih merasa takut
bilamana terjadi sesuatu padanya. Ia mulai mempertanyakan kepantasan dirinya
untuk mendapatkan gelar kehormatan dari kerajaan itu, terlebih sikapnya
terhadap keluarganya. Kesibukan menjauhkannya dari mereka dan harga diri
menutup hatinya untuk mengakui jati dirinya sendiri. Namun apa daya, Kelana
harus tetap mengepak barang-barangnya kemudian berjalan menuju ke arah Horsi,
kuda kesayangannya. Baginya sudah tidak ada lagi jalan mundur. Ia harus
menghadapi yang ada di depannya. Dalam hati kecilnya ia ingin bertemu dengan
keluarganya, terutama karena ia menyadari bahwa perjalanan ini berisiko dan ada
kemungkinan ia tidak bisa bertatapan dengan ibu serta adiknya. paling tidak, untuk
mendapatkan restu dan doa. Tetapi dengan sikap dinginnya tadi membuatnya
semakin malu untuk menemui mereka berdua.
“Äyo Horsi, kita pergi,” katanya pada
kudanya itu.
No comments:
Post a Comment