Hai ! Bagaimana
puasanya ? Semoga lancar terus ya.. hari ini akan lanjut bercerita tentang
dongeng kemarin dan hari ini sepertinya menjadi yang terpanjang selama 10 hari
terakhir.
Dongeng ini bercerita
mengenai seorang prajurit bernama Kelana (#2) yang berhasil menggagalkan
rencana Rafas, penyihir jahat, untuk melukai Putri Mahesa, putri Sang Raja
(#3). Karenanya, Kelana hendak diangkat menjadi seorang Ksatria Kerajaan.
Ketika
Putri Mahesa menanyakan keluarga Kelana, Kelana berbohong mengenai keadaan
keluarganya (#4) dan Putri Mahesa menceritakan kisah mengenai hilangnya Sang
Ibu lima tahun yang lalu (#5).
Saat hari pelantikan
tiba, Kelana mengusir adiknya yang datang ke kerajaan (#6) dan secara
tiba-tiba, Rafas muncul dan menyihir Putri Mahesa hingga tak sadarkan diri. Ia
pun mengaku bahwa ialah yang membunuh Sang Permaisuri, ibu Putri Mahesa (#7).
Ketika kerajaan Andala diselimuti kegelapan karena sihir jahatnya, Permaisuri
menemuinya dan merebut tongkat Rafas. Namun naas, ia terjatuh dari tebing (#8).
Pada saat itu pula, Rafas mengatakan Putri Mahesa bisa kembali sadar dengan
syarat kerajaan Andala diserahkan kepadanya.
Atas kejadian ini, para
penasihat dan Ksatria istana mengadakan pertemuan dan didapatkan hasil mereka
akan berpencar untuk mencari teratai emas yang konon bisa untuk mengalahkan
sihir jahat (#9). Kelana pun memulai perjalanannya ke arah tenggara (#10) dan
kisah di bawah secara singkat adalah mengenai Kelana yang bertemu dengan
seorang wanita yang akan membawanya mendapatkan teratai emas.
***
Kelana terbangun
mendengar suara itu dan langsung mencari sumbernya. Ternyata suara itu berasal
dari seekor kelinci yang ekornya terjepit oleh ranting pohon. Tanpa pikir
panjang, Kelana langsung menolong kelinci kecil itu dan kembali menuju ke
tempat tidur alamnya.
Ia memposisikan untuk
tidur kembali, sembari menatap ke langit yang dipenuhi bintang-bintang, kemudian
terdengar suara lagi,
“Terima kasih anak muda,” terdengar
suara serak yang membuyarkan lamunan Kelana.
Kelana bangkit dan berkata, “siapa anda
?”
“Terima kasih sudah menolong kelinci
kesayanganku. Tanpanya, pasti aku tidak punya teman lagi. Hihihi..” jawabnya
terkekeh.
Kelana memandang sosok
di depannya. Seorang perempuan lanjut usia, rambutnya putih panjang, kulitnya
tampak keriput, hidungnya mancung dan besar. Ia menggunakan tongkat untuk
membatunya berjalan. Postur tubuhnya membungkuk, tangan kanan memegang tongkat
dan tangan kirinya memegang kelinci kecil yang diselamatkan oleh Kelana
beberapa saat yang lalu.
“Apa yang kamu lakukan di sini anak muda
?” tanyamya.
“Ah.. iya. Aku ingin mencari sebuah
teratai,” jawab Kelana.
“Hahaha.. teratai emas ?” wanita itu
terkekeh. Mata Kelana terbelalak mendengar jawaban darinya. Belum sempat Kelana
membuka mulutnya, ia melanjutkan perkatannya,
“Sudah banyak yang berusaha mencarinya.
Namun tidak berhasil. Hihihi..”
Kelana yang terkejut langsung menjawab,
“apakah anda mengetahui di mana teratai itu ? aku membutuhkannya demi sang
Putri !”
“Hihihi.. aku sudah tahu, nak.. sang
Putri tertidur karena sihir jahat Rafas dan yang bisa mematahkan sihirnya
hanyalah teratai emas itu.”
“Ya, itu benar ! kumohon, tunjukkan
kepadaku di mana teratai itu berada ! bila tidak segera kutemukan.. Putri
Mahesa akan mati !”
“Baiklah. Akan kuberi sebuah petunjuk
sebagai ucapan terima kasihku kepadamu karena telah menyelamatkan kelinciku.
Teratai itu ada di bagian terdalam dari hutan ini. Hihihii..” wanita itu
tertawa sambil membalikkan badan dan berjalan menjaduhi Kelana.
“Di manakah itu ? Hei.. jangan pergi
dulu..” Kelana berusaha untuk menggapai wanita. Namun ia tiba-tiba menghilang
di semak-semak hutan.
Kelana kemudian melepas
ikatan Horsi di pohon dan segera menuntunnya berkeliling hutan. Hutan itu
sangatlah luas, namun Kelana dengan gigih mencari di mana teratai emas itu
berada. Ia melihat genangan air yang ada diantara pohon-pohon di sana dan
menyusuri sepanjang sungai, namun belum juga membuahkan hasil. Akhirnya
sampailah ia pada hilir sungai. Ia
menghela napas panjang, dicermatinya ke mana air sungai itu mengalir, dan
matanya terhenti pada sebuah lembah yang dalam.
Lembah itu tampak
gelap. Untuk menuju ke sana, Kelana harus menuruni bebatuan yang curam. Ia
sempat ragu untuk menuju ke sana, namun dia teringat akan petunjuk dari wanita
yang ia temui. Kelana kemudian kembali mengikat Horsi pada sebatang pohon dan
mulai turun ke lembah itu.
Bebatuan licin dan
tajam membuat Kelana beberapa kali jatuh terpeleset. Namun ia pantang menyerah untuk sampai ke
sana. Akhirnya sampailah ia pada lembah itu. Di sana ia berkeliling dan tidak
menemukan teratai yang dicari. Lembah itu tidak terlalu luas dan tidak ada
tanaman serta peohonan apapun di sana; yang ada hanyalah tanah lembab dengan
bebatuan besar. Kelana duduk sambil beristirahat. Ia menghela napas panjang.
“Kurasa inilah bagian terdalam dari
hutan ini. Aku sudah mencari ke manapun namun belum juga menemukannya.. ah, ke
mana lagi aku harus pergi ?” gumamnya.
Di tengah
keputusasaannya itu, tampaklah sesuatu yang bercaya di balik sebuah batu besar.
Kelana berdiri dari tempat peristirahatannya dan berjalan menuju ke arah sumber
cahaya itu. Di balik batu besar, Nampak sebuah cermin yang berkilauan. Cermin
itu sangatlah besar, dengan bingkai ukiran berwarna emas. Kelana kemudian
sejenak bercermin dan melihat pantulan dirinya sendiri.
Seragam dan jubah megah
yang tadinya indah dan megah miliknya sekarang sudah lusuh dan robek. Wajah
tampannya menjadi kusam karena terkena debu dan tanah. Bilamana ia pergi dengan
pakaian seperti itu, pastilah orang tidak menyangka banhwa ia adalah calon
ksatria kerajaan.
“Ternyata tidak ada gunanya pakaian yang
kupakai saat ini. Aku tidak lebih baik dari seorang gelandangan atau pengemis,”
ujarnya sambil berdiri mematung di depan cermin, “bahkan mereka jauh lebih baik
daripada diriku yang tidak menganggap keluargaku sendiri..”
“Itu benar,“ Kelana mengenali suara itu,
itu adalah suara wanita yang memberitaunya tentang lembah terdalam. Ia
mendatangi Kelana, masih dengan tongkat dan kelinci di tangannya.
“Selamat datang di lembah terdalam hutan
ini,” katanya sambil tersenyum.
“Anda ! di manakah teratai itu ?” Kelana
berteriak sambil memegang lengan sang wanita, kalau-kalau ia kembali
menghilang.
“Lepaskan tanganmu itu dan berjalanlah
menuju ke arah cermin itu. Ihihi..” jawabnya.
Kelana masih memandang ragu ucapannya.
Bagaimana bisa berjalan ke sebuah cermin ? namun ia tetap melakukan apa yang wanita
itu sampaikan. Ia mulai mendekat ke cermin tersebut. Beberapa langkah kemudian,
tubuhnya seperti terseret masuk ke dalam cermin. Kelana memejamkan matanya
karena ketakutan. Tubuhnya seperti diputar-putar dan di sekelilingnya gelap. Ia
merasa menuju kepada dimensi yang lain. Kelana berteriak sekencang mungkin
dengan mata tertutup.
No comments:
Post a Comment