Monday, May 11, 2020

#11 : Wanita, Lembah Terdalam, dan Cermin


Hai ! Bagaimana puasanya ? Semoga lancar terus ya.. hari ini akan lanjut bercerita tentang dongeng kemarin dan hari ini sepertinya menjadi yang terpanjang selama 10 hari terakhir.

Dongeng ini bercerita mengenai seorang prajurit bernama Kelana (#2) yang berhasil menggagalkan rencana Rafas, penyihir jahat, untuk melukai Putri Mahesa, putri Sang Raja (#3). Karenanya, Kelana hendak diangkat menjadi seorang Ksatria Kerajaan.
            Ketika Putri Mahesa menanyakan keluarga Kelana, Kelana berbohong mengenai keadaan keluarganya (#4) dan Putri Mahesa menceritakan kisah mengenai hilangnya Sang Ibu lima tahun yang lalu (#5).      
Saat hari pelantikan tiba, Kelana mengusir adiknya yang datang ke kerajaan (#6) dan secara tiba-tiba, Rafas muncul dan menyihir Putri Mahesa hingga tak sadarkan diri. Ia pun mengaku bahwa ialah yang membunuh Sang Permaisuri, ibu Putri Mahesa (#7). Ketika kerajaan Andala diselimuti kegelapan karena sihir jahatnya, Permaisuri menemuinya dan merebut tongkat Rafas. Namun naas, ia terjatuh dari tebing (#8). Pada saat itu pula, Rafas mengatakan Putri Mahesa bisa kembali sadar dengan syarat kerajaan Andala diserahkan kepadanya.
Atas kejadian ini, para penasihat dan Ksatria istana mengadakan pertemuan dan didapatkan hasil mereka akan berpencar untuk mencari teratai emas yang konon bisa untuk mengalahkan sihir jahat (#9). Kelana pun memulai perjalanannya ke arah tenggara (#10) dan kisah di bawah secara singkat adalah mengenai Kelana yang bertemu dengan seorang wanita yang akan membawanya mendapatkan teratai emas.
***

Kelana terbangun mendengar suara itu dan langsung mencari sumbernya. Ternyata suara itu berasal dari seekor kelinci yang ekornya terjepit oleh ranting pohon. Tanpa pikir panjang, Kelana langsung menolong kelinci kecil itu dan kembali menuju ke tempat tidur alamnya.
Ia memposisikan untuk tidur kembali, sembari menatap ke langit yang dipenuhi bintang-bintang, kemudian terdengar suara lagi,
“Terima kasih anak muda,” terdengar suara serak yang membuyarkan lamunan Kelana.
Kelana bangkit dan berkata, “siapa anda ?”
“Terima kasih sudah menolong kelinci kesayanganku. Tanpanya, pasti aku tidak punya teman lagi. Hihihi..” jawabnya terkekeh.
Kelana memandang sosok di depannya. Seorang perempuan lanjut usia, rambutnya putih panjang, kulitnya tampak keriput, hidungnya mancung dan besar. Ia menggunakan tongkat untuk membatunya berjalan. Postur tubuhnya membungkuk, tangan kanan memegang tongkat dan tangan kirinya memegang kelinci kecil yang diselamatkan oleh Kelana beberapa saat yang lalu.
“Apa yang kamu lakukan di sini anak muda ?” tanyamya.
“Ah.. iya. Aku ingin mencari sebuah teratai,” jawab Kelana.
“Hahaha.. teratai emas ?” wanita itu terkekeh. Mata Kelana terbelalak mendengar jawaban darinya. Belum sempat Kelana membuka mulutnya, ia melanjutkan perkatannya,
“Sudah banyak yang berusaha mencarinya. Namun tidak berhasil. Hihihi..”
Kelana yang terkejut langsung menjawab, “apakah anda mengetahui di mana teratai itu ? aku membutuhkannya demi sang Putri !”
“Hihihi.. aku sudah tahu, nak.. sang Putri tertidur karena sihir jahat Rafas dan yang bisa mematahkan sihirnya hanyalah teratai emas itu.”
“Ya, itu benar ! kumohon, tunjukkan kepadaku di mana teratai itu berada ! bila tidak segera kutemukan.. Putri Mahesa akan mati !”
“Baiklah. Akan kuberi sebuah petunjuk sebagai ucapan terima kasihku kepadamu karena telah menyelamatkan kelinciku. Teratai itu ada di bagian terdalam dari hutan ini. Hihihii..” wanita itu tertawa sambil membalikkan badan dan berjalan menjaduhi Kelana.
“Di manakah itu ? Hei.. jangan pergi dulu..” Kelana berusaha untuk menggapai wanita. Namun ia tiba-tiba menghilang di semak-semak hutan.
Kelana kemudian melepas ikatan Horsi di pohon dan segera menuntunnya berkeliling hutan. Hutan itu sangatlah luas, namun Kelana dengan gigih mencari di mana teratai emas itu berada. Ia melihat genangan air yang ada diantara pohon-pohon di sana dan menyusuri sepanjang sungai, namun belum juga membuahkan hasil. Akhirnya sampailah ia  pada hilir sungai. Ia menghela napas panjang, dicermatinya ke mana air sungai itu mengalir, dan matanya terhenti pada sebuah lembah yang dalam.
Lembah itu tampak gelap. Untuk menuju ke sana, Kelana harus menuruni bebatuan yang curam. Ia sempat ragu untuk menuju ke sana, namun dia teringat akan petunjuk dari wanita yang ia temui. Kelana kemudian kembali mengikat Horsi pada sebatang pohon dan mulai turun ke lembah itu.
Bebatuan licin dan tajam membuat Kelana beberapa kali jatuh terpeleset.  Namun ia pantang menyerah untuk sampai ke sana. Akhirnya sampailah ia pada lembah itu. Di sana ia berkeliling dan tidak menemukan teratai yang dicari. Lembah itu tidak terlalu luas dan tidak ada tanaman serta peohonan apapun di sana; yang ada hanyalah tanah lembab dengan bebatuan besar. Kelana duduk sambil beristirahat. Ia menghela napas panjang.
“Kurasa inilah bagian terdalam dari hutan ini. Aku sudah mencari ke manapun namun belum juga menemukannya.. ah, ke mana lagi aku harus pergi ?” gumamnya.
Di tengah keputusasaannya itu, tampaklah sesuatu yang bercaya di balik sebuah batu besar. Kelana berdiri dari tempat peristirahatannya dan berjalan menuju ke arah sumber cahaya itu. Di balik batu besar, Nampak sebuah cermin yang berkilauan. Cermin itu sangatlah besar, dengan bingkai ukiran berwarna emas. Kelana kemudian sejenak bercermin dan melihat pantulan dirinya sendiri.
Seragam dan jubah megah yang tadinya indah dan megah miliknya sekarang sudah lusuh dan robek. Wajah tampannya menjadi kusam karena terkena debu dan tanah. Bilamana ia pergi dengan pakaian seperti itu, pastilah orang tidak menyangka banhwa ia adalah calon ksatria kerajaan.
“Ternyata tidak ada gunanya pakaian yang kupakai saat ini. Aku tidak lebih baik dari seorang gelandangan atau pengemis,” ujarnya sambil berdiri mematung di depan cermin, “bahkan mereka jauh lebih baik daripada diriku yang tidak menganggap keluargaku sendiri..”
“Itu benar,“ Kelana mengenali suara itu, itu adalah suara wanita yang memberitaunya tentang lembah terdalam. Ia mendatangi Kelana, masih dengan tongkat dan kelinci di tangannya.
“Selamat datang di lembah terdalam hutan ini,” katanya sambil tersenyum.
“Anda ! di manakah teratai itu ?” Kelana berteriak sambil memegang lengan sang wanita, kalau-kalau ia kembali menghilang.
“Lepaskan tanganmu itu dan berjalanlah menuju ke arah cermin itu. Ihihi..” jawabnya.
Kelana masih memandang ragu ucapannya. Bagaimana bisa berjalan ke sebuah cermin ? namun ia tetap melakukan apa yang wanita itu sampaikan. Ia mulai mendekat ke cermin tersebut. Beberapa langkah kemudian, tubuhnya seperti terseret masuk ke dalam cermin. Kelana memejamkan matanya karena ketakutan. Tubuhnya seperti diputar-putar dan di sekelilingnya gelap. Ia merasa menuju kepada dimensi yang lain. Kelana berteriak sekencang mungkin dengan mata tertutup.

No comments:

Post a Comment

Pilihan untuk Menjadi Ibu yang Bekerja

Menjadi ibu itu capek ! Serius, melelahkan. Sebagai seorang ibu, mau bekerja atau full time di rumah, tetap saja melelahkan. Beberapa waktu...