Friday, May 8, 2020

#8 : Peristiwa Masa Lalu


Hai ! Berjumpa lagi. Sedikit cerita, terima kasih untuk semua yang sudah tergerak untuk membantu dalam rangka COVID-19 ini, misalnya dengan pemberian APD untuk tenaga medis. Kemarin klinik tempatku bekerja mendapat jatah pembagian baju hazmat, sarung tangan, dan hand sanitizer yang berasal dari RS terdekat, di mana RS tersebut juga mendapat sumbangan yang cukup banyak dan diminta untuk membantu pendistribusiannya. Terima kasih !
            Sekarang kita lanjutkan dongeng “Petualangan Kelana” ini. Dongeng ini menceritakan tentang seorang prajurit bernama Kelana (#2). Suatu hari ia melihat ada seorang asing yang berusaha masuk ke kamar Putri Mahesa, Putri Sang Raja. Kelana berhasil menangkap orang tersebut, yang diketahui bernama Rafas, sang penyihir jahat (#3). Atas keberaniannya, Kelana hendak diangkat menjadi seorang Ksatria Kerajaan.
            Putri Mahesa mengucapkan terima kasih kepada Kelana. Pada saat yang bersamaan, Kelana berbohong mengenai keadaan keluarganya (#4) dan Putri Mahesa menceritakan kisah mengenai hilangnya Sang Ibu (#5). Ibunya meninggalkannya pada saat kondisi kerajaan sungguh mencekam dan menakutkan, meskipun setelah kepergiannya kondisi kerajaan tersebut membaik dan mereka percaya itulah pengorbanan dari Permaisuri.
            Ketika hari pelantikan tiba, Kelana mengusir adiknya yang datang ke kerajaan (#6) dan secara tiba-tiba, Rafas kembali datang mengacaukan istana. Ia pun menyihir Putri Mahesa hingga tidak sadarka diri dan mengaku bahwa ialah yang membunuh Sang Permaisuri, ibu Putri Mahesa (#7).
***

Cerita berlanjut dengan Rafas mengungkapkan kejadian lima tahun yang lalu.
Permaisuri keluar rumah malam itu, malam di mana keadaan Kerajaan Andala diselimuti oleh kekuatan jahat yang membuat seluruh warga ketakutan. Ia meninggalkan Putri Mahesa, anaknya, dan dengan mengendarai kudanya menuju ke sebuah tempat yang bernama Tebing Tanah Merah. Tempat tersebut dijuluki Tebing Tanah Merah karena terletak di sebuah tebing yang curam dan  tanah di sana berwarna  merah serta memiliki bau yang menyengat (note : tanah ini sama dengan tanah yang ada di jejak kaki Rafas, #2).
Sesampainya di sana, ia disambut oleh penyihir jahat, Rafas.
“Ah, ada tamu istimewa yang datang rupanya,” katanya.
“Aku tahu ini perbuatanmu, Rafas. Tarik sihirmu dan kembalikan kerajaanku ! Kami tidak pernah mengganggumu !” kata Sang Permaisuri.
“Hahaha.. aku akan melakukannya dengan senang hati, Nyonya. Dengan syarat kerajaan itu menjadi milikku !” Rafas mengangkat tongkatnya dan petir menyambar dengan keras.
            Permaisuri pun langsung berlari menuju ke arah Rafas dan segera ia berusaha mengambil tongkatnya. Rafas yang terkejut langsung terdorong ke ujung tebing tersebut. Mereka berdua terlibat dalam perebutan tongkat sihir yang ada di tangan Rafas. Tak lama, Permaisuri berhasil merebut tongkat tersebut namun dalam waktu yang bersamaan, Rafas mendorongnya jatuh dari atas tebing.
            Mendengar cerita Rafas tersebut, seluruh istana hening. Sang Raja tak kuasa untuk berdiri dan kemudian terjatuh. Para pelayan kerajaan langsung mendudukannya di kursi singgasana.
“Bebaskan Sang Putri ! Bunuhlah aku tapi jangan anak Raja ! Kau sudah merenggut istrinya dan sekarang anaknya” kata salah seorang Kstaria memohon.
“Baiklah aku akan bermurah hati kepadamu. Aku akan memberi waktu satu minggu bagi kalian untuk bisa membuat Putri Mahesa terbangun. Namun apabila dalam waktu yang kuberikan itu, ia masih tidak bisa tersadar, ia akan tidur selama-lamanya ! Kecuali.. kau menyerahkan kerajaan ini padaku. Hahaha,” lanjut Rafas, “gunakan waktumu dengan baik !”
Setelah mengucapkan kata-kata itu, Rafas langsung menghilang dari pandangan semua orang. Yang tersisa hanyalah jam pasir yang menunjukkan waktu yang diberikan oleh Rafas.

No comments:

Post a Comment

Pilihan untuk Menjadi Ibu yang Bekerja

Menjadi ibu itu capek ! Serius, melelahkan. Sebagai seorang ibu, mau bekerja atau full time di rumah, tetap saja melelahkan. Beberapa waktu...