Hai ! Berjumpa lagi.
Sedikit cerita, terima kasih untuk semua yang sudah tergerak untuk
membantu dalam rangka COVID-19 ini, misalnya dengan pemberian APD untuk tenaga
medis. Kemarin klinik tempatku bekerja mendapat jatah pembagian baju hazmat,
sarung tangan, dan hand sanitizer
yang berasal dari RS terdekat, di mana RS tersebut juga mendapat sumbangan yang
cukup banyak dan diminta untuk membantu pendistribusiannya. Terima kasih !
Sekarang
kita lanjutkan dongeng “Petualangan Kelana” ini. Dongeng ini menceritakan
tentang seorang prajurit bernama Kelana (#2). Suatu hari ia melihat ada seorang
asing yang berusaha masuk ke kamar Putri Mahesa, Putri Sang Raja. Kelana berhasil
menangkap orang tersebut, yang diketahui bernama Rafas, sang penyihir jahat (#3).
Atas keberaniannya, Kelana hendak diangkat menjadi seorang Ksatria Kerajaan.
Putri
Mahesa mengucapkan terima kasih kepada Kelana. Pada saat yang bersamaan, Kelana
berbohong mengenai keadaan keluarganya (#4) dan Putri Mahesa menceritakan kisah
mengenai hilangnya Sang Ibu (#5). Ibunya meninggalkannya pada saat kondisi
kerajaan sungguh mencekam dan menakutkan, meskipun setelah kepergiannya kondisi
kerajaan tersebut membaik dan mereka percaya itulah pengorbanan dari
Permaisuri.
Ketika
hari pelantikan tiba, Kelana mengusir adiknya yang datang ke kerajaan (#6) dan
secara tiba-tiba, Rafas kembali datang mengacaukan istana. Ia pun menyihir Putri Mahesa hingga tidak sadarka diri dan mengaku bahwa
ialah yang membunuh Sang Permaisuri, ibu Putri Mahesa (#7).
***
Cerita berlanjut dengan
Rafas mengungkapkan kejadian lima tahun yang lalu.
Permaisuri keluar rumah
malam itu, malam di mana keadaan Kerajaan Andala diselimuti oleh kekuatan jahat
yang membuat seluruh warga ketakutan. Ia meninggalkan Putri Mahesa, anaknya,
dan dengan mengendarai kudanya menuju ke sebuah tempat yang bernama Tebing Tanah
Merah. Tempat tersebut dijuluki Tebing Tanah Merah karena terletak di sebuah
tebing yang curam dan tanah di sana
berwarna merah serta memiliki bau yang
menyengat (note : tanah ini sama
dengan tanah yang ada di jejak kaki Rafas, #2).
Sesampainya di sana, ia
disambut oleh penyihir jahat, Rafas.
“Ah, ada tamu istimewa yang datang
rupanya,” katanya.
“Aku tahu ini perbuatanmu, Rafas. Tarik
sihirmu dan kembalikan kerajaanku ! Kami tidak pernah mengganggumu !” kata Sang
Permaisuri.
“Hahaha.. aku akan melakukannya dengan
senang hati, Nyonya. Dengan syarat kerajaan itu menjadi milikku !” Rafas
mengangkat tongkatnya dan petir menyambar dengan keras.
Permaisuri
pun langsung berlari menuju ke arah Rafas dan segera ia berusaha mengambil
tongkatnya. Rafas yang terkejut langsung terdorong ke ujung tebing tersebut.
Mereka berdua terlibat dalam perebutan tongkat sihir yang ada di tangan Rafas. Tak
lama, Permaisuri berhasil merebut tongkat tersebut namun dalam waktu yang
bersamaan, Rafas mendorongnya jatuh dari atas tebing.
Mendengar
cerita Rafas tersebut, seluruh istana hening. Sang Raja tak kuasa untuk berdiri
dan kemudian terjatuh. Para pelayan kerajaan langsung mendudukannya di kursi
singgasana.
“Bebaskan Sang Putri ! Bunuhlah aku tapi
jangan anak Raja ! Kau sudah merenggut istrinya dan sekarang anaknya” kata
salah seorang Kstaria memohon.
“Baiklah aku akan bermurah hati
kepadamu. Aku akan memberi waktu satu minggu bagi kalian untuk bisa membuat
Putri Mahesa terbangun. Namun apabila dalam waktu yang kuberikan itu, ia masih
tidak bisa tersadar, ia akan tidur selama-lamanya ! Kecuali.. kau menyerahkan
kerajaan ini padaku. Hahaha,” lanjut Rafas, “gunakan waktumu dengan baik !”
Setelah mengucapkan
kata-kata itu, Rafas langsung menghilang dari pandangan semua orang. Yang
tersisa hanyalah jam pasir yang menunjukkan waktu yang diberikan oleh Rafas.
No comments:
Post a Comment