Saturday, May 16, 2020

#16 : Horsi Sekarat

Hai ! Selamat bermalam minggu ! Bagi yang masih ada kepentingan mendesak di luar rumah, jangan lupa masker, tetap social distancing, cuci tangan setelah memgang wajah atau ketika sampai di rumah; untuk yang di rumah, tetap semangat dan tidak bosan. Untuk menemani malam minggu, mari kita lanjutkan dongeng kemarin. Berikut adalah kisah pada episode 1-15.

Dongeng ini berjudul “Petualangan Kelana”, bercerita mengenai seorang prajurit bernama Kelana (#2) yang berhasil menggagalkan rencana Rafas, penyihir jahat, untuk melukai Putri Mahesa, putri Sang Raja (#3). Karenanya, Kelana hendak diangkat menjadi seorang Ksatria Kerajaan.

            Ketika Putri Mahesa menanyakan keluarga Kelana, Kelana berbohong mengenai keadaan keluarganya (#4) dan Putri Mahesa menceritakan kisah mengenai hilangnya Sang Ibu lima tahun yang lalu (#5).      

Saat hari pelantikan tiba, Kelana mengusir adiknya yang datang ke kerajaan (#6) dan secara tiba-tiba, Rafas muncul dan menyihir Putri Mahesa hingga tak sadarkan diri. Ia pun mengaku bahwa ialah yang membunuh Sang Permaisuri, ibu Putri Mahesa (#7). Ketika kerajaan Andala diselimuti kegelapan karena sihir jahatnya, Permaisuri menemuinya dan merebut tongkat Rafas. Namun naas, ia terjatuh dari tebing (#8). Pada saat itu pula, Rafas mengatakan Putri Mahesa bisa kembali sadar dengan syarat kerajaan Andala diserahkan kepadanya.

Atas kejadian ini, para penasihat dan Ksatria istana mengadakan pertemuan dan didapatkan hasil mereka akan berpencar untuk mencari teratai emas yang konon bisa untuk mengalahkan sihir jahat (#9). Kelana pun memulai perjalanannya ke arah tenggara (#10).

Ketika berada di tengah hutan, Kelana menyelamatkan seekor kelinci milik seorang wanita tua. Sebagai balas jasa, ia memberitahukan cara untuk mendapatkan teratai emas dengan menunjukkan lembah terdalam hutan. Sesampainya di sana, Kelana melihat cermin dan tersedot masuk ke dalamnya (#11).

Kelana mengalami perjalanan sihir hingga sampai ke sebuah tempat yang asing baginya, di mana tempat itu terdapat tantangan untuk diselesaikan demi mendapatkan teratai emas. Tantangan pertamanya adalah mengalahkan raksasa (#12). Pada perjalanannya tersebut, Horsi, kuda kesayangannya, berubah dari kuda menjadi seekor tikus.

Pada #13 Kelana masih mencari cara untuk bisa mengalahkan raksasa dan #14 menceritakan kesuksesan Kelana dalam menghadapi ujian pertamanya itu dengan menggnakan taktik yang cerdik. Setelah mengalahkan raksasa, Kelana kembali mengalami perjalanan ruang dan waktu.

Kelana sampai pada sebuah keramaian pasar untuk ujiannya yang kedua. Kali ini ia diminta untuk menemukan barang yang paling berharga di sana (#15). Kelana masih belum menemukannya, sesekali ia melihat uang yang ada di dompetnya manakala ada keajaiban yang menggandakan uang tersebut.

***

 

Namun sesuai yang diduga, hal itu tidak terjadi. Uang tersebut hanya cukup untuk membeli sebuah roti dan segelas minuman.

Hari makin terik. Matahari makin menunjukkan sinarnya yang terang. Kelana dan Horsi mulai kelelahan di tengah panasnya cuaca di sana. Mereka berteduh di atap teras sebuah rumah untuk sejenak menghindari cahaya matahari. Horsi mulai tampak tidak seaktif biasanya. Ketika itu datangnya seorang anak kepada mereka. Anak itu masih berusia sekitar delapan tahun. Bajunya lusuh dan banyak tambalan.

“Tuan, bisakah anda memberiku sedikit untuk minum ? aku tidak memiliki sepeser pun uang untuk membelinya. Aku sangat kehausan,” katanya.

Kelana memandang anak itu dengan penuh iba.

“Maaf, nak. Aku juga tidak memiliki uang yang banyak. Aku harus membeli sebuah barang dan bila uang ini kuberikan padamu, aku tidak bisa mendapatkannya,” jawab Kelana.

“Baiklah tuan,” anak itu menjawab sambil pergi.

Kelana melihat anak itu sampai menghilang di keramaian. Siang itu sungguh terik dan Kelana tidak memiliki air ataupun makanan. Kelana melihat Horsi yang mulai tertidur. Ia melanjutkan perjalanan untuk mencari barang berharga yang dimaksud itu.

Lama berjalan, namun Kelana masih juga belum mendapatkan petunjuk yang ia cari, sedangkan badannya semakin lemas karena kekurangan cairan. Ia tidak ingin menggunakan uang yang dimilikinya karena barang tersebut belum dapat ditemukan. Sampai suatu saat, ia melihat bahwa Horsi terlalu lama tertidur. Kelana mengambil Horsi dari bahunya dan mulai menepi ke pinggir jalan.

Kelana memanggil-manggil Horsi namun ia tidak membuka matanya. Kelana mulai menggerakkan badannya, masih tidak ada reaksi yang diharapkan. Napasnya mulai tertatih-tatih. Kelana kemudian berteriak meminta tolong. Namun orang-orang di sekitarnya melihat dengan aneh karena mereka pikir itu hanyalah seekor tikus yang tidak berarti.


No comments:

Post a Comment

Pilihan untuk Menjadi Ibu yang Bekerja

Menjadi ibu itu capek ! Serius, melelahkan. Sebagai seorang ibu, mau bekerja atau full time di rumah, tetap saja melelahkan. Beberapa waktu...