Hai ! Selamat bermalam
minggu ! Bagi yang masih ada kepentingan mendesak di luar rumah, jangan lupa
masker, tetap social distancing,
cuci tangan setelah memgang wajah atau ketika sampai di rumah; untuk yang di
rumah, tetap semangat dan tidak bosan. Untuk menemani malam minggu, mari kita
lanjutkan dongeng kemarin. Berikut adalah kisah pada episode 1-15.
Dongeng ini berjudul “Petualangan
Kelana”, bercerita mengenai seorang prajurit bernama Kelana (#2) yang berhasil
menggagalkan rencana Rafas, penyihir jahat, untuk melukai Putri Mahesa, putri
Sang Raja (#3). Karenanya, Kelana hendak diangkat menjadi seorang Ksatria
Kerajaan.
Ketika
Putri Mahesa menanyakan keluarga Kelana, Kelana berbohong mengenai keadaan
keluarganya (#4) dan Putri Mahesa menceritakan kisah mengenai hilangnya Sang
Ibu lima tahun yang lalu (#5).
Saat hari pelantikan
tiba, Kelana mengusir adiknya yang datang ke kerajaan (#6) dan secara
tiba-tiba, Rafas muncul dan menyihir Putri Mahesa hingga tak sadarkan diri. Ia
pun mengaku bahwa ialah yang membunuh Sang Permaisuri, ibu Putri Mahesa (#7).
Ketika kerajaan Andala diselimuti kegelapan karena sihir jahatnya, Permaisuri
menemuinya dan merebut tongkat Rafas. Namun naas, ia terjatuh dari tebing (#8).
Pada saat itu pula, Rafas mengatakan Putri Mahesa bisa kembali sadar dengan
syarat kerajaan Andala diserahkan kepadanya.
Atas kejadian ini, para
penasihat dan Ksatria istana mengadakan pertemuan dan didapatkan hasil mereka
akan berpencar untuk mencari teratai emas yang konon bisa untuk mengalahkan
sihir jahat (#9). Kelana pun memulai perjalanannya ke arah tenggara (#10).
Ketika berada di tengah
hutan, Kelana menyelamatkan seekor kelinci milik seorang wanita tua. Sebagai
balas jasa, ia memberitahukan cara untuk mendapatkan teratai emas dengan menunjukkan
lembah terdalam hutan. Sesampainya di sana, Kelana melihat cermin dan tersedot
masuk ke dalamnya (#11).
Kelana mengalami
perjalanan sihir hingga sampai ke sebuah tempat yang asing baginya, di mana
tempat itu terdapat tantangan untuk diselesaikan demi mendapatkan teratai emas.
Tantangan pertamanya adalah mengalahkan raksasa (#12). Pada perjalanannya
tersebut, Horsi, kuda kesayangannya, berubah dari kuda menjadi seekor tikus.
Pada #13 Kelana masih
mencari cara untuk bisa mengalahkan raksasa dan #14 menceritakan kesuksesan
Kelana dalam menghadapi ujian pertamanya itu dengan menggnakan taktik yang
cerdik. Setelah mengalahkan raksasa, Kelana kembali mengalami perjalanan ruang
dan waktu.
Kelana sampai pada
sebuah keramaian pasar untuk ujiannya yang kedua. Kali ini ia diminta untuk
menemukan barang yang paling berharga di sana (#15). Kelana masih belum
menemukannya, sesekali ia melihat uang yang ada di dompetnya manakala ada
keajaiban yang menggandakan uang tersebut.
***
Namun sesuai yang
diduga, hal itu tidak terjadi. Uang tersebut hanya cukup untuk membeli sebuah
roti dan segelas minuman.
Hari makin terik.
Matahari makin menunjukkan sinarnya yang terang. Kelana dan Horsi mulai
kelelahan di tengah panasnya cuaca di sana. Mereka berteduh di atap teras
sebuah rumah untuk sejenak menghindari cahaya matahari. Horsi mulai tampak
tidak seaktif biasanya. Ketika itu datangnya seorang anak kepada mereka. Anak
itu masih berusia sekitar delapan tahun. Bajunya lusuh dan banyak tambalan.
“Tuan, bisakah anda memberiku sedikit
untuk minum ? aku tidak memiliki sepeser pun uang untuk membelinya. Aku sangat
kehausan,” katanya.
Kelana memandang anak
itu dengan penuh iba.
“Maaf, nak. Aku juga tidak memiliki uang
yang banyak. Aku harus membeli sebuah barang dan bila uang ini kuberikan
padamu, aku tidak bisa mendapatkannya,” jawab Kelana.
“Baiklah tuan,” anak itu menjawab sambil
pergi.
Kelana melihat anak itu
sampai menghilang di keramaian. Siang itu sungguh terik dan Kelana tidak
memiliki air ataupun makanan. Kelana melihat Horsi yang mulai tertidur. Ia
melanjutkan perjalanan untuk mencari barang berharga yang dimaksud itu.
Lama berjalan, namun
Kelana masih juga belum mendapatkan petunjuk yang ia cari, sedangkan badannya
semakin lemas karena kekurangan cairan. Ia tidak ingin menggunakan uang yang
dimilikinya karena barang tersebut belum dapat ditemukan. Sampai suatu saat, ia
melihat bahwa Horsi terlalu lama tertidur. Kelana mengambil Horsi dari bahunya
dan mulai menepi ke pinggir jalan.
Kelana
memanggil-manggil Horsi namun ia tidak membuka matanya. Kelana mulai
menggerakkan badannya, masih tidak ada reaksi yang diharapkan. Napasnya mulai
tertatih-tatih. Kelana kemudian berteriak meminta tolong. Namun orang-orang di
sekitarnya melihat dengan aneh karena mereka pikir itu hanyalah seekor tikus
yang tidak berarti.
No comments:
Post a Comment