Tuesday, May 12, 2020

#12 : Kelana Menemui Ujian Pertamanya

Hai ! Bagaimana kabarmu ? Semoga sehat selalu. Sedikit klarifikasi, aku baru menyadari bahwa jam yang tertera pada blog ini adalah pukul 05.00, sebenarnya tidak. Aku selalu upload setiap jam 19.00 namun memang pengaturan waktu tidak aku hiraukan, mungkin itu penyebab timbulnya waktu yang tidak sesuai. Sekarang mari kita kilas balik ceritanya.

Dongeng ini bercerita mengenai seorang prajurit bernama Kelana (#2) yang berhasil menggagalkan rencana Rafas, penyihir jahat, untuk melukai Putri Mahesa, putri Sang Raja (#3). Karenanya, Kelana hendak diangkat menjadi seorang Ksatria Kerajaan.

            Ketika Putri Mahesa menanyakan keluarga Kelana, Kelana berbohong mengenai keadaan keluarganya (#4) dan Putri Mahesa menceritakan kisah mengenai hilangnya Sang Ibu lima tahun yang lalu (#5).      

Saat hari pelantikan tiba, Kelana mengusir adiknya yang datang ke kerajaan (#6) dan secara tiba-tiba, Rafas muncul dan menyihir Putri Mahesa hingga tak sadarkan diri. Ia pun mengaku bahwa ialah yang membunuh Sang Permaisuri, ibu Putri Mahesa (#7). Ketika kerajaan Andala diselimuti kegelapan karena sihir jahatnya, Permaisuri menemuinya dan merebut tongkat Rafas. Namun naas, ia terjatuh dari tebing (#8). Pada saat itu pula, Rafas mengatakan Putri Mahesa bisa kembali sadar dengan syarat kerajaan Andala diserahkan kepadanya.

Atas kejadian ini, para penasihat dan Ksatria istana mengadakan pertemuan dan didapatkan hasil mereka akan berpencar untuk mencari teratai emas yang konon bisa untuk mengalahkan sihir jahat (#9). Kelana pun memulai perjalanannya ke arah tenggara (#10).

Ketika berada di tengah hutan, Kelana menyelamatkan seekor kelinci milik seorang wanita tua. Sebagai balas jasa, ia memberitahukan cara untuk mendapatkan teratai emas dengan menunjukkan lembah terdalam hutan. Sesampainya di sana, Kelana melihat cermin dan tersedot masuk ke dalamnya (#11)

***

 

Kelana membuka matanya. Ia terkejut karena di sekelilingnya sudah berubah. Ia tidak lagi di lembah terdalam hutan. Ia saat ini berada di padang rumput yang amat luas. Kelana memandang ke sekitar dan tidak tampak ada seorangpun di san, hanya beberapa kelomppok pohon dan tanaman yang tumbuh. Ia sungguh bingung mengenai apa yang terjadi. Ia berlari tanpa arah dan tujuan, berteriak meminta tolong.

“Seseorang ! tolong aku ! ada di manakah aku ini ?”

Ketika ia sedang berlari berteriak-teriak, tiba-tiba ia terhenti karena mendengar suara seseorang yang ia kenal.

“Hihihi… selamat datang di dunia yang baru, anak muda,” kata suara itu. Suara itu terdengar ada di langit, tak terlihat wujudnya. Kelana melihat ke atas namun tidak mendapati apa-apa. Yang ia lihat hanyalah langit biru yang tampak cerah. Namun ia yakin suara itu adalah suara sang wanita yang beberapa kali ia temui.

“Hei.. ada di manakah aku ?” teriak Kelana

Üntuk mendapatkan teratai emas, kamu harus melewati tiga ujian di sini. Bila kamu berhasil melewatinya, maka akan kuberikan teratai itu. Kamu memiliki tiga bantuan yang bisa digunakan. Bila ingin menggunakannya, katakanlah ‘tolong’ dan jangan lupa ucapkan ‘terima kasih’ ketika sudah mendapatkannya. Namun kamu tidak bisa menggunakan bantuanku untuk menyelesaikan ujian-ujian itu,” katanya.

Kelana menggerutu mendengar kata-kata dari suara itu. Ia merasa bingung harus berbuat apa dan tidak bisa seenaknya menggunakan bantuan yang ditawarkan. Ujian yang dimaksud pun tidak secara jelas disebutkan.

“Hei.. apa yang harus kulakukan? Jangan tinggalkan aku sendirian di sini !” kata Kelana.

“Kau bisa mengucapkan kata ‘tolong’ untuk meminta,” sahut suara itu.

“Baiklah. Tolong berikan teman untuk di sini bersamaku !” pinta Kelana.

Segera setelah permintaannya itu, tiba-tiba di sampingnya muncul seekor tikus kecil. Tikus itu terlihat gembira dan memeluk Kelana. Kelana mengetahui siapakah tikus kecil itu.

“Horsi ! kau mengubahnya menjadi tikus ?” katanya terkejut.

“Yah.. begitulah. Hihihi.. aku tidak bisa membawanya kemari sebagai kuda, jadi kuubah ia menjadi seekor tikus,” tawanya. Kelana hanya bisa membelalakkan matanya mendengar hal itu. Ia merasa dipermainkan oleh suara itu. Belum sempat Kelana menyampaikan protesnya, suara itu berkata, “baiklah. Akan kujelaskan. Seperti sudah kujelaskan, kamu akan menghadapi tiga ujian. Kamu harus melewatinya dengan baik untuk mendapatkan teratai itu. Hanya orang terbaik yang dapat meraih teratai emas ! Dan ingat, aku hanya akan muncul ketika kamu meminta dan ketika kamu akan menghadapi ujian. Sebagai ujian pertama, kamu harus mengalahkan raksasa yang ada di sini. Baiklah, semoga sukses !”

Kelana terdiam mencerna kata-kata dari suara yang berwujud itu. Kemudian ia melihat Horsi yang menjadi tikus itu. Horsi memandangnya dengan keheranan.

“Raksasa, katanya. Bagaimana bisa kita mengalahkannya sementara kita tidak memiliki apa-apa, Horsi ?” tanyanya kepada hewan kesayangannya. Dan Horsi pun sesuai dugaan, tidak menanggapi dan sibuk menggigiti kuku-kuku mungilnya.  

Mereka pun merlanjutkan berjalan ke tempat yang antah berantah itu. Sudah jauh berjalan, dari kejauhan terdengar suara menggelegar disertai hentakan kaki yang cukup membuat dataran bergoyang. Kelana kemudian berlari untuk bersembunyi di balik pohon, bersamatikus kecil Horsi di pundaknya. Ampak dari kejauhan sura dan hentakan itu berasal dari seorang raksasa.

Ia memiliki tubuh yang gemuk besar, melebihi pohon-pohon yang ada di sana. Rambutnya hitam sebahu, bergelombang dan tidak beraturan. Matanya bulat besar dengan taring menonjol di antara mulutnya. Ia tidak menggunakan baju, hanya celana pendek menggantung di kakinya. Perutnya tampak buncit dengan beberapa rambut di perut dan dadanya. Kakinya amat besar, ia berjalan-jalan tanpa memakai alas kaki.

Kelana masih dalam persembunyiannya mengamati keadaan sekeliling. Ia berpikir bagaimana caranya dapat mengalahkan raksasa itu demi teratai emas. Tampak raksasa itu mencabut pohon yang ada di sekitarnya dengan tangannya sedniri dan memasukkannya ke dalam mulut. Setelah memakan beberapa pohon, raksasa itu tertidur dengan pulas di tanah.

Setelah yakin bahwa ia rtidur, Kelana mencoba mendekat dan mengamatinya. Kelana berusaha mencari celah untuk  bisa mengalahkan sang raksasa. Dengan hati-hati Kelana mengitari tubuhnya. Sesekali ia mencoba untuk menyentuh tubuh besar itu. Kulitnya yang coklat teraba keras dan tebal. Kelana mengambil pedang di sarungnya dan menusukkannya perlahan. Raksasa itu tidak bergerak sedikitpun. Kelana kemudian mengambil batu dan melempar ke tubuhnya. Kali ini raksasa mulai merasa terganggu dan mulai menggaruk tangannya yang terkena batu itu.

 


No comments:

Post a Comment

Pilihan untuk Menjadi Ibu yang Bekerja

Menjadi ibu itu capek ! Serius, melelahkan. Sebagai seorang ibu, mau bekerja atau full time di rumah, tetap saja melelahkan. Beberapa waktu...