Hai sobat insecure, yang setiap saat merasa “they do something, I do nothing”. Sini berpelukan virtual.. semoga segera dihilangkan pikiran tersebut. Hari ini akan aku lanjutkan cerita tentang “Petualangan Kelana”ini.
Dongeng ini bercerita mengenai seorang prajurit bernama Kelana (#2) yang berhasil menggagalkan rencana Rafas, penyihir jahat, untuk melukai Putri Mahesa, putri Sang Raja (#3). Karenanya, Kelana hendak diangkat menjadi seorang Ksatria Kerajaan.
Ketika Putri Mahesa menanyakan keluarga Kelana, Kelana berbohong mengenai keadaan keluarganya (#4) dan Putri Mahesa menceritakan kisah mengenai hilangnya Sang Ibu lima tahun yang lalu (#5).
Saat hari pelantikan tiba, Kelana mengusir adiknya yang datang ke kerajaan (#6) dan secara tiba-tiba, Rafas muncul dan menyihir Putri Mahesa hingga tak sadarkan diri. Ia pun mengaku bahwa ialah yang membunuh Sang Permaisuri, ibu Putri Mahesa (#7). Ketika kerajaan Andala diselimuti kegelapan karena sihir jahatnya, Permaisuri menemuinya dan merebut tongkat Rafas. Namun naas, ia terjatuh dari tebing (#8). Pada saat itu pula, Rafas mengatakan Putri Mahesa bisa kembali sadar dengan syarat kerajaan Andala diserahkan kepadanya.
Atas kejadian ini, para penasihat dan Ksatria istana mengadakan pertemuan dan didapatkan hasil mereka akan berpencar untuk mencari teratai emas yang konon bisa untuk mengalahkan sihir jahat (#9). Kelana pun memulai petualangannya.
***
Kelana memulai perjalanannya bersama dengan Horsi. Kelana tidak tahu kemana harus melangkah. Ia hanya mengikuti pembagian wilayah dari komandannya. Mereka mengarungi sesuai delapan arah mata angin; sesuai juga dengan jumlah ksatria yang ada. Kelana mendapatkan bagian ke arah tenggara. Kelana terus melaju ke sana, tanpa tujuan. Sampailah ia pada sebuah savanna.
“Horsi, menurutmu di manakah teratai emas itu berada ? aku tidak memiliki ide,” Kelana membaringkan kepalanya sambil menewarang ke atas.
“Teratai itu adalah tanaman air, bukan ? berarti aku harus mencari sumber air ! entah itu sungai, atau apapun ! Kau memberiku ide Horsi ! Bodohnya aku !” Kelana terbangun dan membelai kuda kesayangannya itu.
Kelana berkeliling dan mencari sumber air di sekitarnya, namun hasilnya nihil. Ia kemudian segera naik ke atas punggung Horsi dan mereka bergegas mencari sumber air. Sesekali mereka berhenti sambil mengisi air, mencari makan, dan beristirahat sejenak.
Lama berkeliling, Kelana tidak juga menemui teratai itu. Hari mulai gelap dan Kelana memutuskan untuk beristirahat di sebuah hutan. Ia mengikat Horsi di sebatang pohon besar samping sungai. Ia membasahi tubuhnya sambil mencari ikan di sungai untuk dimakan. Setelah itu dia bersiap tidur beralaskan tanah dan beratapkan bintang-bintang.
“Lihat Horsi bintang-bintang itu, menerangi malam kita. Ah.. aku membayangkan ibu dan adikku. Apa yang sedang mereka lakukan ya ? aku jahat ya, tidak mengakui mereka. Bahkan aku langsung mendapatkan hukuman dengan pencarian ini..,” ia menghela napas, “bagaimana dengan Putri Mahesa ? aku khawatir tentangnya.. bisakah ia terlepas dari sihir Rafas ?” ia menengok kea rah kudanya. Tampak Horsi sudah sudah tertidur dengan tali terikat di lehernya.
“Ah ya.. selamat tidur, Horsi. Besok kita lanjutkan perjalanan kita,” Kelana kemudian memejamkan matanya.
Brakk !
Terdengar suara yang mengejutkannya.
No comments:
Post a Comment