Thursday, May 21, 2020

#21 : Penemuan Teratai Emas

Hai ! Beberapa hari menjelang Hari Raya Idul Fitri. Bagi yang berpuasa, semoga tetap kuat dan bagi yang merantau, semoga tetap kuat menahan rindu kepada orang-orang tercinta. Untuk menghilangkan perasaan sedih atau galau, boleh dibaca dongeng ini :D

Dongeng ini berjudul “Petualangan Kelana”, bercerita mengenai seorang prajurit bernama Kelana (#2) yang berhasil menggagalkan rencana Rafas, penyihir jahat, untuk melukai Putri Mahesa, putri Sang Raja (#3). Karenanya, Kelana hendak diangkat menjadi seorang Ksatria Kerajaan.

            Ketika Putri Mahesa menanyakan keluarga Kelana, Kelana berbohong mengenai keadaan keluarganya (#4) dan Putri Mahesa menceritakan kisah mengenai hilangnya Sang Ibu lima tahun yang lalu (#5).      

Saat hari pelantikan tiba, Kelana mengusir adiknya yang datang ke kerajaan (#6) dan secara tiba-tiba, Rafas muncul dan menyihir Putri Mahesa hingga tak sadarkan diri. Ia pun mengaku bahwa ialah yang membunuh Sang Permaisuri, ibu Putri Mahesa (#7). Ketika kerajaan Andala diselimuti kegelapan karena sihir jahatnya, Permaisuri menemuinya dan merebut tongkat Rafas. Namun naas, ia terjatuh dari tebing (#8). Pada saat itu pula, Rafas mengatakan Putri Mahesa bisa kembali sadar dengan syarat kerajaan Andala diserahkan kepadanya.

Atas kejadian ini, para penasihat dan Ksatria istana mengadakan pertemuan dan didapatkan hasil mereka akan berpencar untuk mencari teratai emas yang konon bisa untuk mengalahkan sihir jahat (#9). Kelana pun memulai perjalanannya ke arah tenggara (#10).

Ketika berada di tengah hutan, Kelana menyelamatkan seekor kelinci milik seorang wanita tua. Sebagai balas jasa, ia memberitahukan cara untuk mendapatkan teratai emas dengan menunjukkan lembah terdalam hutan. Sesampainya di sana, Kelana melihat cermin dan tersedot masuk ke dalamnya (#11).

Kelana mengalami perjalanan sihir hingga sampai ke sebuah tempat yang asing baginya, di mana tempat itu terdapat tantangan untuk diselesaikan demi mendapatkan teratai emas. Tantangan pertamanya adalah mengalahkan raksasa (#12). Pada perjalanannya tersebut, Horsi, kuda kesayangannya, berubah dari kuda menjadi seekor tikus.

Pada #13 Kelana masih mencari cara untuk bisa mengalahkan raksasa dan #14 menceritakan kesuksesan Kelana dalam menghadapi ujian pertamanya itu dengan menggnakan taktik yang cerdik. Setelah mengalahkan raksasa, Kelana kembali mengalami perjalanan ruang dan waktu.

Kelana sampai pada sebuah keramaian pasar untuk ujiannya yang kedua. Kali ini ia diminta untuk menemukan barang yang paling berharga di sana (#15). Kelana masih belum menemukannya, sesekali ia melihat uang yang ada di dompetnya manakala ada keajaiban yang menggandakan uang tersebut. Lama ia mencari, namun belum juga ketemu. Lalu tiba-tiba, teman seperjalanannya, Horsi, mulai menunjukkan tanda-tanda tidak sadarkan diri (#16).

Setelah Horsi melewati masa kritisnya, Kelana menemukan barang yang paling berharga (#17) dan ia melewati perjalanan lagi untuk menghadapi ujian yang ketiga.

Di sini ia mendarat pada sebuah pemukiman padat dan bertemu dengan seorang pencuri secara tidak disengaja. Bila berhasil melewati ujian yang terakhir ini, Kelana akan mendapatkan teratai emas (#18). Di pemukiman tersebut, Kelana bertemu dengan seorang pencuri yang ternyata adalah adiknya sendiri, Maharani (#19). Setelah bertemu dengan adik dan juga ibunya, Kelana merasa menyesal telah berbuat jahat kepada mereka dan ia meminta maaf atas perlakuannya. Mereka pun memaafkan Kelana (#20).

***

Mereka bertiga kemudian duduk melingkar di bawah. Di sana tidak ada meja ataupun kursi, sehingga hanya bisa duduk di lantai. Di situ Kelana melepas rasa rindunya terhadap orang-orang yang amat dicintainya itu. Mereka saling bertukar cerita, dimulai dari mengenang masa lalu hingga masa saat ini. Rani bercerita bagaimana mereka harus menjual rumahnya dan pindah ke pemukiman itu demi bertahan hidup, sedangkan Kelana bercerita tentang kehidupan di istana.

“Kudengar Putri Mahesa terkena kutukan sihir jahat. Bagaimana kondisinya ?” Tanya Rani.

Ia tiba-tiba teringat akan tugas utamanya yang sejenak ia terlupakan. Iapun menjawab, “ya.. ia disihir oleh Rafas. Ia saat ini terbaring dan bila dalam waktu seminggu tidak ada yang bisa membangunkannya, ia akan mati… dan Rafas akan mengambil alih kerajaan ini….”

“Lantas, apa yang bisa membangunkannya ?” tanya ibunya.

“Teratai emas. Kami berpencar untuk mencari teratai itu..” Kelana menjawab pelan.

Maharani dan ibu saling bertatapan. Mereka tampak heran dengan jawaban Kelana.

“Teratai emas ? sebentar..” ibu pergi dari hadapan mereka dan masuk ke dalam kamarnya.

Tak berapa lama, ibu mengeluarkan kotak kecil berwarna coklat. Dibukanya kotak tersebut di depan Kelana. Tampak teratai kecil berwarna emas. Teratai itu bersinar dan mengeluarkan cahaya yang amat indah. Kelana melonjak dari duduknya melihat benda yang ia cari selama ini ada di depan matanya.

“Bagaimana ibu bisa memilikinya ?” tanya Kelana.

“Seorang perempuan kemarin datang dan memberikannya kepada ibu. Ia berpesan untuk tidak memberikannya kepada seorangpun kecuali ada yang mengatakan bahwa ia mencarinya,” kata Maharani.

“Ambillah, sebelum waktu berakhir dan kutukan itu menjadi abadi. Selamatkan Putri Mahesa, Kelana,” ibu menyerahkan teratai itu kepadanya. Kelana segera mengambil kotak itu. Sejenak ia berpikir untuk tidak kembali ke istana dan akan menetap bersama ibu serta adiknya. Namun ia juga menanggung beban terhadap istana dan negaranya.

“Pergilah..” ibu memeluknya erat.

“Terima kasih ibu, Rani.. aku bersumpah tidak akan melupakan atau meninggalkan ibu dan adik lagi,” Kelana bersiap untuk pergi. Ketika ia sampai di pintu depan, ia mengeluarkan Horsi dari sakunya.

“Ayo Horsi, kita kembali ke kerajaan. Aku sudah menemukan teratai itu,” kata Kelana.

Segera setelahnya, tiba-tiba Horsi terlempar ke hadapan Kelana. Horsi kembali ke bentuk asalnya, seekor kuda yang gagah. Tidak hanya itu, baju Kelana pun berubah. Jubahnya yang sudah lusuh itu kembali indah seperti sedia kala. Kelana tampah sangat menawan dengan jubah, pedang, dan kuda miliknya.

Sebelum ia pergi, muncul angin yang berhembus kencang.  Udara seketika menjadi sangat dingin dan mencekam. Ibu dan Maharani ketakutan pada situasi itu, namun Kelana menenangkan mereka. Kelana yakin bahwa itu adalah pertanda suara yang menuntunnya itu kembali datang. Dan ternyata benar, suara itu menggelegar dan berkata,

“Selamat, Kelana ! kamu sudah berhasil mendapatkan teratai emas itu atas usahamu. Kamu telah berhasil melewati ujian yang ketiga, di mana kamu mengalahkan egomu sendiri untuk meminta maaf dan kembali kepada keluargamu ! sekarang pergilah ke istana. Letakkan teratai itu di kepala Putri Mahesa.”

Kelana mengangguk dan segera memacu Horsi kembali ke istana sebelum waktu yang diberikan oleh Rafas berakhir.

 


No comments:

Post a Comment

Pilihan untuk Menjadi Ibu yang Bekerja

Menjadi ibu itu capek ! Serius, melelahkan. Sebagai seorang ibu, mau bekerja atau full time di rumah, tetap saja melelahkan. Beberapa waktu...