Hai ! Bagaimana lebaran
tahun ini ? Hari ini aku melakukan dua kali silaturahmi online, pertama dengan
teman-teman SMA dan kedua dengan keluarga besar. Sungguh menyenangkan, aku dan
ibuku bahkan tertawa hingga hampir menangis saat kami melakukan bernyanyi
online. Sungguh tidak karuan.. Hahaha.. baiklah kita lanjutkan dongeng kemarin.
Dongeng ini berjudul “Petualangan Kelana”, bercerita mengenai seorang prajurit bernama Kelana (#2) yang berhasil menggagalkan rencana Rafas, penyihir jahat, untuk melukai Putri Mahesa, putri Sang Raja (#3). Karenanya, Kelana hendak diangkat menjadi seorang Ksatria Kerajaan.
Ketika Putri Mahesa menanyakan keluarga Kelana, Kelana berbohong mengenai keadaan keluarganya (#4) dan Putri Mahesa menceritakan kisah mengenai hilangnya Sang Ibu lima tahun yang lalu (#5).
Saat hari pelantikan tiba, Kelana mengusir adiknya yang datang ke kerajaan (#6) dan secara tiba-tiba, Rafas muncul dan menyihir Putri Mahesa hingga tak sadarkan diri. Ia pun mengaku bahwa ialah yang membunuh Sang Permaisuri, ibu Putri Mahesa (#7). Ketika kerajaan Andala diselimuti kegelapan karena sihir jahatnya, Permaisuri menemuinya dan merebut tongkat Rafas. Namun naas, ia terjatuh dari tebing (#8). Pada saat itu pula, Rafas mengatakan Putri Mahesa bisa kembali sadar dengan syarat kerajaan Andala diserahkan kepadanya.
Atas kejadian ini, para penasihat dan Ksatria istana mengadakan pertemuan dan didapatkan hasil mereka akan berpencar untuk mencari teratai emas yang konon bisa untuk mengalahkan sihir jahat (#9). Kelana pun memulai perjalanannya ke arah tenggara (#10).
Ketika berada di tengah hutan, Kelana menyelamatkan seekor kelinci milik seorang wanita tua. Sebagai balas jasa, ia memberitahukan cara untuk mendapatkan teratai emas dengan menunjukkan lembah terdalam hutan. Sesampainya di sana, Kelana melihat cermin dan tersedot masuk ke dalamnya (#11).
Kelana mengalami perjalanan sihir hingga sampai ke sebuah tempat yang asing baginya, di mana tempat itu terdapat tantangan untuk diselesaikan demi mendapatkan teratai emas. Tantangan pertamanya adalah mengalahkan raksasa (#12). Pada perjalanannya tersebut, Horsi, kuda kesayangannya, berubah dari kuda menjadi seekor tikus.
Pada #13 Kelana masih mencari cara untuk bisa mengalahkan raksasa dan #14 menceritakan kesuksesan Kelana dalam menghadapi ujian pertamanya itu dengan menggnakan taktik yang cerdik. Setelah mengalahkan raksasa, Kelana kembali mengalami perjalanan ruang dan waktu.
Kelana sampai pada sebuah keramaian pasar untuk ujiannya yang kedua. Kali ini ia diminta untuk menemukan barang yang paling berharga di sana (#15). Kelana masih belum menemukannya, sesekali ia melihat uang yang ada di dompetnya manakala ada keajaiban yang menggandakan uang tersebut. Lama ia mencari, namun belum juga ketemu. Lalu tiba-tiba, teman seperjalanannya, Horsi, mulai menunjukkan tanda-tanda tidak sadarkan diri (#16).
Setelah Horsi melewati masa kritisnya, Kelana menemukan barang yang paling berharga (#17) dan ia melewati perjalanan lagi untuk menghadapi ujian yang ketiga.
Di sini ia mendarat pada sebuah pemukiman padat dan bertemu dengan seorang pencuri secara tidak disengaja. Bila berhasil melewati ujian yang terakhir ini, Kelana akan mendapatkan teratai emas (#18). Di pemukiman tersebut, Kelana bertemu dengan seorang pencuri yang ternyata adalah adiknya sendiri, Maharani (#19).
Setelah bertemu dengan adik dan juga ibunya, Kelana merasa menyesal telah berbuat jahat kepada mereka dan ia meminta maaf atas perlakuannya. Mereka pun memaafkan Kelana (#20). Mereka bertiga berbincang dan akhirnya diketahuilah bahwa teratai emas itu disimpan oleh ibu Kelana setelah satu hari yang lalu seorang wanita menitipkannya kepadanya (#21).
Kelana membawa teratai emas itu dan langsung melaju ke kerajaan. Di sana ia menuju ke kamar Putri Mahesa dan menemukannya dikelilingi oleh raja, dayang, dan para ksatria. Mereka menyambut Kelana dengan gembira karena melihat teratai emas di tangannya. Ketika teratai emas akan dipakaikan pada kepala Putri, tiba-tiba Rafas datang dan merebut kotak teratai itu (#22).
***
Pagi itu Kelana sudah bangun dan bersiap
untuk menghadap Putri Mahesa dan sang raja. Meski Rafas sudah berhasil
dikalahkan, namun Kelana masih memiliki tugas yang harus diselesaikan.
Kemarin
sang raja meminta Kelana untuk menjadi ksatria, tak hanya itu, Kelana juga akan
dijodohkan dengan Putri Mahesa. Kelana ingin menemui kekasih dan calon
mertuanya itu demi mengatakan latar belakang keluarganya dengan jujur. Ia tidak
ingin hidup dalam kepalsuan. Terlebih, ia sudah bersumpah kepada ibu dan
adiknya untuk tidak melupakan dan meninggalkan mereka. Kelana sudah siap dengan
segala konsekuensi yang ada : apakah ia akan diusir dari istana atau sang raja
membatalkan pengangkatan dan perjodohannya. Meski Kelana mencintai Putri
Mahesa, namun Kelana juga mencintai keluarganya.
Kelana
menemui mereka di ruang tengah kerajaan. Tampak sang raja dan Putri Mahesa
sedang berbincang mengenai perayaan pengangkatan ksatria yang akan diadakan
beberapa saat lagi.
“Yang Mulia, Putri, maaf mengganggu
waktumu. Ada yang ingin aku sampaikan,” kata Kelana begitu sampai di ruangan
tersebut.
Mereka tersenyum menyambut Kelana
yang datang.
“Apa
yang ingin kamu sampaikan, anakku ?” Tanya sang raja.
“Sebelumnya aku ingin meminta maaf. Aku
telah berbohong kepada semua orang. Aku pernah mengatakan bahwa ayahku adalah
seorang kstaria dan aku tinggal sendirian di sini. Ya, aku harus mengatakan
semua itu adalah kebohongan. Aku hanyalah orang biasa, aku berasal dari
keluarga yang miskin. Akupun masih memiliki ibu dan adik, mereka luar biasa di mataku.
Dan aku menyesal telah menelantarkan mereka,” Kelana mengatakan dengan lantang.
Sang
Raja dan Putri Mahesa berpandangan. Mereka berdua lagi-lagi tersenyum mendengar
pengakuan dari Kelana. Kelana memandangnya dengan heran.
“Lalu ?” tanya sang raja.
“Aku tidak peduli mengenai keluargamu. Yang
perlu kutahu adalah saat ini aku percaya bahwa kamu adalah orang baik dan aku
mencintaimu apa adanya,” Putri Mahesa menambahkan. Sang raja tersenyum sambil
mengangguk setuju.
Kelana
sangat senang mendengar jawaban dari mereka. Kelana merasa kekhawatirannya dulu
sungguh tidak beralasan. Ia meminta waktu untuk bertemu dengan adik dan ibunya,
namun yang diberikan oleh sang raja jauh melebihi itu. Ibu dan adiknya itu
bahkan boleh tinggal di dalam kerajaan.
“Ibumu adalah ibuku juga, adikmu adalah
adikku juga,” kata Putri Mahesa. Ia memang tidak hanya cantik dan pintar, tapi
juga memiliki kebaikan hati yang luar biasa.
No comments:
Post a Comment