Sunday, May 17, 2020

#17 : Penemuan Barang Paling Berharga

Hai ! Di tengah berita-berita yang membuat pusing kepala : selegram yang ignorant, orang-orang yang rencana mudik, surat sehat bebas COVID-19 yang diperjualbelikan, marilah kita tarik napas sejenak dan lanjutkan membaca hal yang tidak berhubungan dengan itu semua untuk mendinginkan kepala. Kita lanjutkan dongengnya. Hahaha..

Dongeng ini berjudul “Petualangan Kelana”, bercerita mengenai seorang prajurit bernama Kelana (#2) yang berhasil menggagalkan rencana Rafas, penyihir jahat, untuk melukai Putri Mahesa, putri Sang Raja (#3). Karenanya, Kelana hendak diangkat menjadi seorang Ksatria Kerajaan.

            Ketika Putri Mahesa menanyakan keluarga Kelana, Kelana berbohong mengenai keadaan keluarganya (#4) dan Putri Mahesa menceritakan kisah mengenai hilangnya Sang Ibu lima tahun yang lalu (#5).      

Saat hari pelantikan tiba, Kelana mengusir adiknya yang datang ke kerajaan (#6) dan secara tiba-tiba, Rafas muncul dan menyihir Putri Mahesa hingga tak sadarkan diri. Ia pun mengaku bahwa ialah yang membunuh Sang Permaisuri, ibu Putri Mahesa (#7). Ketika kerajaan Andala diselimuti kegelapan karena sihir jahatnya, Permaisuri menemuinya dan merebut tongkat Rafas. Namun naas, ia terjatuh dari tebing (#8). Pada saat itu pula, Rafas mengatakan Putri Mahesa bisa kembali sadar dengan syarat kerajaan Andala diserahkan kepadanya.

Atas kejadian ini, para penasihat dan Ksatria istana mengadakan pertemuan dan didapatkan hasil mereka akan berpencar untuk mencari teratai emas yang konon bisa untuk mengalahkan sihir jahat (#9). Kelana pun memulai perjalanannya ke arah tenggara (#10).

Ketika berada di tengah hutan, Kelana menyelamatkan seekor kelinci milik seorang wanita tua. Sebagai balas jasa, ia memberitahukan cara untuk mendapatkan teratai emas dengan menunjukkan lembah terdalam hutan. Sesampainya di sana, Kelana melihat cermin dan tersedot masuk ke dalamnya (#11).

Kelana mengalami perjalanan sihir hingga sampai ke sebuah tempat yang asing baginya, di mana tempat itu terdapat tantangan untuk diselesaikan demi mendapatkan teratai emas. Tantangan pertamanya adalah mengalahkan raksasa (#12). Pada perjalanannya tersebut, Horsi, kuda kesayangannya, berubah dari kuda menjadi seekor tikus.

Pada #13 Kelana masih mencari cara untuk bisa mengalahkan raksasa dan #14 menceritakan kesuksesan Kelana dalam menghadapi ujian pertamanya itu dengan menggnakan taktik yang cerdik. Setelah mengalahkan raksasa, Kelana kembali mengalami perjalanan ruang dan waktu.

Kelana sampai pada sebuah keramaian pasar untuk ujiannya yang kedua. Kali ini ia diminta untuk menemukan barang yang paling berharga di sana (#15). Kelana masih belum menemukannya, sesekali ia melihat uang yang ada di dompetnya manakala ada keajaiban yang menggandakan uang tersebut. Lama ia mencari, namun belum juga ketemu. Lalu tiba-tiba, teman seperjalanannya, Horsi, mulai menunjukkan tanda-tanda tidak sadarkan diri (#16).

***

Kelana kemudian berteriak,

“hei suara yang ada di langit. Tolong selamatkan Horsi !”

Terdengar gemuruh dari langit, suara itu kembali terdengar dan menjawab,

“hei anak muda ! sepertinya kamu tidak mengerti apa yang kamu cari. Lihatlah karena kecerobohanmu, satu-satunya sahabatmu hampir mati karena kekurangan cairan. Baiklah karena kamu sudah meminta tolong, maka akan kukabulkan permohonanmu !”

Belum sempat Kelana menjawab, suara itu kembali berkata, “lihatlah kantong air milikmu !”

Kelana membuka kantong air miliknya. Botol air minum yang semula kosong, sekarang sudah terisi penuh. Kelana segera meneteskannya kepada Horsi. Setelahnya, Horsi tampak membuka matanya. Kelana menuangkan air itu pada gelas kecil dan Horsi menenggaknya.

Kelana sangat bahagia melihat sabahatnya itu kembali hidup, ia menjawab,

“terima kasih !”

Setelah itu, Horsi kembali ke bahunya dengan aktif seperti sedia kala. Kelana berjanji untuk lebih memerhatikan teman seperjalanannya itu. Mereka kemudian kembali melanjutkan perjalanannya. Tak terasa, hari sudah berganti, dan siang terik kembali muncul. Kelana masih belum bisa mendapatkan barang yang ia cari.

Kelana dan Horsi kemudian kembali duduk di bawah tenda. Ketika sedang berteduh, datanglah seorang ibu beserta anaknya menghampiri mereka. Kelana terkejut melihat anak yang digendong oleh ibunya itu. Anak itu sama dengan yang ia temui kemarin, anak yang meminta minum namun Kelana tidak dapat memberinya. Kali ini anak itu tampak pucat dan sangat lemas. Ibu itu datang kepada mereka dan berkata,

“Tuan, tolonglah kami. kami tidak memiliki uang untuk membeli makanan dan minuman. Anakku satu-satunya tidak dapat bangun sedari pagi. Tolong kami, tuan.”

Kelana melihat anak itu seperti ia kemarin melihat Horsi. Ia mengerti kekhawatiran ibunya melihat anaknya terkapar dengan kondisi yang memprihatinkan. Kelana mengalami kebimbangan. Ia ingin membantu mereka, namun barang yang ia cari masih belum didapatkan. Setelah termenung beberapa saat, Kelana bangkit dari tempat duduknya dan mempersilakan ibu itu untuk duduk.

Kelana segera berlari untuk membeli sepotong roti dan segelas minuman. Setelahnya ia kembali kepada ibu dan anak yang menghampirinya. Ia memberikan roti dan minuman itu kepada mereka.

“Makanlah dan minumlah. Jangan sampai anak anda kekurangan cairan, bu. Maaf hanya ini yang bisa  kuberikan,” Kata Kelana.

Sang ibu itu melihat Kelana. Ia tampak terharu akan kebaikannya.

“Terima kasih, ini sangat berharga bagi kami. Nak, bukanlah kamu ingin membeli barang di sini ? apakah kamu masih memiliki cukup uang untuk membelinya ?”

“Itu mudah. Aku bisa bekerja untuk membeli barang yang kubutuhkan. Namun anak ibu perlu tindakan segera. Aku pernah mengalami kejadian seperti ini, sangat mengerikan. Aku tidak ingin ibu merasakannya,” Kelana tersenyum.

Ibu membalas senyum Kelana dan segera memberikan minuman itu kepada anaknya yang sudah lemas tak berdaya. Anak tu minum dan makan dengan amat lahap.

Segera setelah kejadian itu, tiba-tiba terdengar suara dari langit,

“Selamat ! kamu berhasil menemukan hal yang paling berharga di sini. Memang tidak mudah untuk mendapatkannya, tapi kamu berhasil melakukannya ! hal itu adalah kebaikan dan kemurahan hati. Hal yang tidak ternilai harganya !”

Kelana tertegun mendengar perkataan dari sang suara dari langit. Ia merasa tidak pantas untuk dipuji seperti itu. Tiba-tiba pikirannya kembali kepada ibu dan adiknya yang pernah tidak ia anggap. Ia menunduk dan merasa sedih.

Kemudian Kelana lagi-lagi mengalami perjalanan ruang dan waktu. Kali ini ia menutup matanya, bukan karena ketakutan, namun karena merasa sedih dan bersalah kepada keluarganya. Namun ia harus tetap menjalani petualangannya, untuk menghadapi ujian yang ketiga, ujian terakhir untuk mendapatkan teratai emas demi Putri Mahesa.

 


No comments:

Post a Comment

Pilihan untuk Menjadi Ibu yang Bekerja

Menjadi ibu itu capek ! Serius, melelahkan. Sebagai seorang ibu, mau bekerja atau full time di rumah, tetap saja melelahkan. Beberapa waktu...