Hai ! Di tengah berita-berita
yang membuat pusing kepala : selegram yang ignorant,
orang-orang yang rencana mudik, surat sehat bebas COVID-19 yang
diperjualbelikan, marilah kita tarik napas sejenak dan lanjutkan membaca hal
yang tidak berhubungan dengan itu semua untuk mendinginkan kepala. Kita lanjutkan
dongengnya. Hahaha..
Dongeng ini berjudul
“Petualangan Kelana”, bercerita mengenai seorang prajurit bernama Kelana (#2)
yang berhasil menggagalkan rencana Rafas, penyihir jahat, untuk melukai Putri
Mahesa, putri Sang Raja (#3). Karenanya, Kelana hendak diangkat menjadi seorang
Ksatria Kerajaan.
Ketika
Putri Mahesa menanyakan keluarga Kelana, Kelana berbohong mengenai keadaan
keluarganya (#4) dan Putri Mahesa menceritakan kisah mengenai hilangnya Sang
Ibu lima tahun yang lalu (#5).
Saat hari pelantikan
tiba, Kelana mengusir adiknya yang datang ke kerajaan (#6) dan secara
tiba-tiba, Rafas muncul dan menyihir Putri Mahesa hingga tak sadarkan diri. Ia
pun mengaku bahwa ialah yang membunuh Sang Permaisuri, ibu Putri Mahesa (#7).
Ketika kerajaan Andala diselimuti kegelapan karena sihir jahatnya, Permaisuri
menemuinya dan merebut tongkat Rafas. Namun naas, ia terjatuh dari tebing (#8).
Pada saat itu pula, Rafas mengatakan Putri Mahesa bisa kembali sadar dengan
syarat kerajaan Andala diserahkan kepadanya.
Atas kejadian ini, para
penasihat dan Ksatria istana mengadakan pertemuan dan didapatkan hasil mereka
akan berpencar untuk mencari teratai emas yang konon bisa untuk mengalahkan sihir
jahat (#9). Kelana pun memulai perjalanannya ke arah tenggara (#10).
Ketika berada di tengah
hutan, Kelana menyelamatkan seekor kelinci milik seorang wanita tua. Sebagai
balas jasa, ia memberitahukan cara untuk mendapatkan teratai emas dengan
menunjukkan lembah terdalam hutan. Sesampainya di sana, Kelana melihat cermin
dan tersedot masuk ke dalamnya (#11).
Kelana mengalami
perjalanan sihir hingga sampai ke sebuah tempat yang asing baginya, di mana
tempat itu terdapat tantangan untuk diselesaikan demi mendapatkan teratai emas.
Tantangan pertamanya adalah mengalahkan raksasa (#12). Pada perjalanannya
tersebut, Horsi, kuda kesayangannya, berubah dari kuda menjadi seekor tikus.
Pada #13 Kelana masih
mencari cara untuk bisa mengalahkan raksasa dan #14 menceritakan kesuksesan
Kelana dalam menghadapi ujian pertamanya itu dengan menggnakan taktik yang
cerdik. Setelah mengalahkan raksasa, Kelana kembali mengalami perjalanan ruang
dan waktu.
Kelana sampai pada
sebuah keramaian pasar untuk ujiannya yang kedua. Kali ini ia diminta untuk
menemukan barang yang paling berharga di sana (#15). Kelana masih belum
menemukannya, sesekali ia melihat uang yang ada di dompetnya manakala ada
keajaiban yang menggandakan uang tersebut. Lama ia mencari, namun belum juga
ketemu. Lalu tiba-tiba, teman seperjalanannya, Horsi, mulai menunjukkan tanda-tanda
tidak sadarkan diri (#16).
***
Kelana kemudian
berteriak,
“hei suara yang ada di langit. Tolong
selamatkan Horsi !”
Terdengar gemuruh dari langit, suara itu
kembali terdengar dan menjawab,
“hei anak muda ! sepertinya kamu tidak
mengerti apa yang kamu cari. Lihatlah karena kecerobohanmu, satu-satunya
sahabatmu hampir mati karena kekurangan cairan. Baiklah karena kamu sudah
meminta tolong, maka akan kukabulkan permohonanmu !”
Belum sempat Kelana
menjawab, suara itu kembali berkata, “lihatlah kantong air milikmu !”
Kelana membuka kantong
air miliknya. Botol air minum yang semula kosong, sekarang sudah terisi penuh.
Kelana segera meneteskannya kepada Horsi. Setelahnya, Horsi tampak membuka
matanya. Kelana menuangkan air itu pada gelas kecil dan Horsi menenggaknya.
Kelana sangat bahagia
melihat sabahatnya itu kembali hidup, ia menjawab,
“terima kasih !”
Setelah itu, Horsi
kembali ke bahunya dengan aktif seperti sedia kala. Kelana berjanji untuk lebih
memerhatikan teman seperjalanannya itu. Mereka kemudian kembali melanjutkan
perjalanannya. Tak terasa, hari sudah berganti, dan siang terik kembali muncul.
Kelana masih belum bisa mendapatkan barang yang ia cari.
Kelana dan Horsi
kemudian kembali duduk di bawah tenda. Ketika sedang berteduh, datanglah
seorang ibu beserta anaknya menghampiri mereka. Kelana terkejut melihat anak
yang digendong oleh ibunya itu. Anak itu sama dengan yang ia temui kemarin,
anak yang meminta minum namun Kelana tidak dapat memberinya. Kali ini anak itu
tampak pucat dan sangat lemas. Ibu itu datang kepada mereka dan berkata,
“Tuan, tolonglah kami. kami tidak
memiliki uang untuk membeli makanan dan minuman. Anakku satu-satunya tidak
dapat bangun sedari pagi. Tolong kami, tuan.”
Kelana melihat anak itu
seperti ia kemarin melihat Horsi. Ia mengerti kekhawatiran ibunya melihat
anaknya terkapar dengan kondisi yang memprihatinkan. Kelana mengalami
kebimbangan. Ia ingin membantu mereka, namun barang yang ia cari masih belum
didapatkan. Setelah termenung beberapa saat, Kelana bangkit dari tempat
duduknya dan mempersilakan ibu itu untuk duduk.
Kelana segera berlari
untuk membeli sepotong roti dan segelas minuman. Setelahnya ia kembali kepada
ibu dan anak yang menghampirinya. Ia memberikan roti dan minuman itu kepada
mereka.
“Makanlah dan minumlah. Jangan sampai
anak anda kekurangan cairan, bu. Maaf hanya ini yang bisa kuberikan,” Kata Kelana.
Sang ibu itu melihat
Kelana. Ia tampak terharu akan kebaikannya.
“Terima kasih, ini sangat berharga bagi
kami. Nak, bukanlah kamu ingin membeli barang di sini ? apakah kamu masih
memiliki cukup uang untuk membelinya ?”
“Itu mudah. Aku bisa bekerja untuk membeli
barang yang kubutuhkan. Namun anak ibu perlu tindakan segera. Aku pernah
mengalami kejadian seperti ini, sangat mengerikan. Aku tidak ingin ibu
merasakannya,” Kelana tersenyum.
Ibu membalas senyum
Kelana dan segera memberikan minuman itu kepada anaknya yang sudah lemas tak
berdaya. Anak tu minum dan makan dengan amat lahap.
Segera setelah kejadian
itu, tiba-tiba terdengar suara dari langit,
“Selamat ! kamu berhasil menemukan hal
yang paling berharga di sini. Memang tidak mudah untuk mendapatkannya, tapi
kamu berhasil melakukannya ! hal itu adalah kebaikan dan kemurahan hati. Hal
yang tidak ternilai harganya !”
Kelana tertegun
mendengar perkataan dari sang suara dari langit. Ia merasa tidak pantas untuk
dipuji seperti itu. Tiba-tiba pikirannya kembali kepada ibu dan adiknya yang
pernah tidak ia anggap. Ia menunduk dan merasa sedih.
Kemudian Kelana
lagi-lagi mengalami perjalanan ruang dan waktu. Kali ini ia menutup matanya,
bukan karena ketakutan, namun karena merasa sedih dan bersalah kepada
keluarganya. Namun ia harus tetap menjalani petualangannya, untuk menghadapi
ujian yang ketiga, ujian terakhir untuk mendapatkan teratai emas demi Putri
Mahesa.
No comments:
Post a Comment