Saturday, May 23, 2020

#23 : Kelana yang Cerdik

Hai semua ! Selamat hari ini adalah puasa terakhir bagi saudar-saudara yang beragama Muslim. Seharusnya, malam ini diadakan takbiran dengan sukacita dan meriah. Namun karena adanya pencegahan virus corona, beberapa tempat meghimbau untuk meniadakannya. Semoga teman-teman semua tetap sabar dan ikhlas menerimanya. Bukan hal yang mudah, gelombang Idul Fitri tampak kurang berasa, paling tidak teman-teman di klinikku mengatakan demikian. Semoga saudara-saudara, teman-teman, menemukan cara yang aman dan nyaman dalam menyambut hari kemenangan dengan tidak menghilangkan esensinya. Amin.. baiklah kita lanjutkan dongeng kemarin.  

Dongeng ini berjudul “Petualangan Kelana”, bercerita mengenai seorang prajurit bernama Kelana (#2) yang berhasil menggagalkan rencana Rafas, penyihir jahat, untuk melukai Putri Mahesa, putri Sang Raja (#3). Karenanya, Kelana hendak diangkat menjadi seorang Ksatria Kerajaan.

            Ketika Putri Mahesa menanyakan keluarga Kelana, Kelana berbohong mengenai keadaan keluarganya (#4) dan Putri Mahesa menceritakan kisah mengenai hilangnya Sang Ibu lima tahun yang lalu (#5).      

Saat hari pelantikan tiba, Kelana mengusir adiknya yang datang ke kerajaan (#6) dan secara tiba-tiba, Rafas muncul dan menyihir Putri Mahesa hingga tak sadarkan diri. Ia pun mengaku bahwa ialah yang membunuh Sang Permaisuri, ibu Putri Mahesa (#7). Ketika kerajaan Andala diselimuti kegelapan karena sihir jahatnya, Permaisuri menemuinya dan merebut tongkat Rafas. Namun naas, ia terjatuh dari tebing (#8). Pada saat itu pula, Rafas mengatakan Putri Mahesa bisa kembali sadar dengan syarat kerajaan Andala diserahkan kepadanya.

Atas kejadian ini, para penasihat dan Ksatria istana mengadakan pertemuan dan didapatkan hasil mereka akan berpencar untuk mencari teratai emas yang konon bisa untuk mengalahkan sihir jahat (#9). Kelana pun memulai perjalanannya ke arah tenggara (#10).

Ketika berada di tengah hutan, Kelana menyelamatkan seekor kelinci milik seorang wanita tua. Sebagai balas jasa, ia memberitahukan cara untuk mendapatkan teratai emas dengan menunjukkan lembah terdalam hutan. Sesampainya di sana, Kelana melihat cermin dan tersedot masuk ke dalamnya (#11).

Kelana mengalami perjalanan sihir hingga sampai ke sebuah tempat yang asing baginya, di mana tempat itu terdapat tantangan untuk diselesaikan demi mendapatkan teratai emas. Tantangan pertamanya adalah mengalahkan raksasa (#12). Pada perjalanannya tersebut, Horsi, kuda kesayangannya, berubah dari kuda menjadi seekor tikus.

Pada #13 Kelana masih mencari cara untuk bisa mengalahkan raksasa dan #14 menceritakan kesuksesan Kelana dalam menghadapi ujian pertamanya itu dengan menggnakan taktik yang cerdik. Setelah mengalahkan raksasa, Kelana kembali mengalami perjalanan ruang dan waktu.

Kelana sampai pada sebuah keramaian pasar untuk ujiannya yang kedua. Kali ini ia diminta untuk menemukan barang yang paling berharga di sana (#15). Kelana masih belum menemukannya, sesekali ia melihat uang yang ada di dompetnya manakala ada keajaiban yang menggandakan uang tersebut. Lama ia mencari, namun belum juga ketemu. Lalu tiba-tiba, teman seperjalanannya, Horsi, mulai menunjukkan tanda-tanda tidak sadarkan diri (#16).

Setelah Horsi melewati masa kritisnya, Kelana menemukan barang yang paling berharga (#17) dan ia melewati perjalanan lagi untuk menghadapi ujian yang ketiga.

Di sini ia mendarat pada sebuah pemukiman padat dan bertemu dengan seorang pencuri secara tidak disengaja. Bila berhasil melewati ujian yang terakhir ini, Kelana akan mendapatkan teratai emas (#18). Di pemukiman tersebut, Kelana bertemu dengan seorang pencuri yang ternyata adalah adiknya sendiri, Maharani (#19).

Setelah bertemu dengan adik dan juga ibunya, Kelana merasa menyesal telah berbuat jahat kepada mereka dan ia meminta maaf atas perlakuannya. Mereka pun memaafkan Kelana (#20). Mereka bertiga berbincang dan akhirnya diketahuilah bahwa teratai emas itu disimpan oleh ibu Kelana setelah satu hari yang lalu seorang wanita menitipkannya kepadanya (#21).

Kelana membawa teratai emas itu dan langsung melaju ke kerajaan. Di sana ia menuju ke kamar Putri Mahesa dan menemukannya dikelilingi oleh raja, dayang, dan para ksatria. Mereka menyambut Kelana dengan gembira karena melihat teratai emas di tangannya. Ketika teratai emas akan dipakaikan pada kepala Putri, tiba-tiba Rafas datang dan merebut kotak teratai itu (#22).

***

Sang Raja kemudian berusaha merebut kotak tersebut namun lagi-lagi ia terpental ke sudut ruangan diikuti teriakan ketakutan dari para dayang. Mereka semua terkapar tak berdaya di hadapan Rafas. Kelana melihat jam pasir yang ada di samping tempat tidur Putri Mahesa. Jam pasir itu semakin lama semakin habis, menunjukkan waktu yang semakin sempit.

            Pada saat itu Kelana mendekati Rafas dan mulai berlutut di hadapannya,

“Salam, hai Rafas ! Engkau adalah raja baru bagi kami ! aku adalah pengikut pertamamu !”

            Melihat hal itu, semua orang yang ada di ruangan terkesima. Mereka menunjukkan rasa marah kepada Kelana. Kelana dianggap berkhianata terhadap istana. Namun mereka tidak bisa berbuat apa-apa. Mereka hanya bisa diam di tempat. Mata Rafas berbinar mendengar ucapan dari Kelana.

“Hahaha… senangnya aku ! akhirnya ada pengkhianat di istana ini !”

“Yang Mulia, kekuatanmu memang tidak diragukan lagi. Engkau adalah orang terkuat di dunia ini, sungguh, kami tidak ada apa-apanya dibandingkan dirimu. Sekarang kotak itu milikmu. Lihatlah di dalam kotak itu terdapat teratai emas yang amat berharga. Sebuah kehormatan bila kotak ini dibuka olehmu, Yang Mulia !” Kelana menyanjung Rafas. Rafas tersenyum dan mengangguk-anggukan kepalanya.

“Memang akulah yang terhebat. Hahaha.. baiklah akan kubuka kotak ini !”

Kelana berdiri, menghampirinya dan berkata,

“Biar kubawakan tongkatmu, Yang Mulia. Supaya kau leluasa membuka benda berharga itu !” Kelana menawarkan dirinya kepada Rafas.

            Rafas tanpa ragu memberikan tongkat miliknya kepada Kelana. Semua orang yang ada di situ hanya bisa melihat dan menunduk penuh amarah dan kekecewaan. Sang raja menatap Kelana dan Rafas dengan tatapan yang amat sedih. Salah seorang ksatria hanya bisa menepuk punggung raja.

 


No comments:

Post a Comment

Pilihan untuk Menjadi Ibu yang Bekerja

Menjadi ibu itu capek ! Serius, melelahkan. Sebagai seorang ibu, mau bekerja atau full time di rumah, tetap saja melelahkan. Beberapa waktu...