Hai semua ! Selamat
hari ini adalah puasa terakhir bagi saudar-saudara yang beragama Muslim. Seharusnya,
malam ini diadakan takbiran dengan sukacita dan meriah. Namun karena adanya
pencegahan virus corona, beberapa tempat meghimbau untuk meniadakannya. Semoga teman-teman
semua tetap sabar dan ikhlas menerimanya. Bukan hal yang mudah, gelombang Idul
Fitri tampak kurang berasa, paling tidak teman-teman di klinikku mengatakan
demikian. Semoga saudara-saudara, teman-teman, menemukan cara yang aman dan
nyaman dalam menyambut hari kemenangan dengan tidak menghilangkan esensinya. Amin..
baiklah kita lanjutkan dongeng kemarin.
Dongeng ini berjudul
“Petualangan Kelana”, bercerita mengenai seorang prajurit bernama Kelana (#2)
yang berhasil menggagalkan rencana Rafas, penyihir jahat, untuk melukai Putri
Mahesa, putri Sang Raja (#3). Karenanya, Kelana hendak diangkat menjadi seorang
Ksatria Kerajaan.
Ketika
Putri Mahesa menanyakan keluarga Kelana, Kelana berbohong mengenai keadaan
keluarganya (#4) dan Putri Mahesa menceritakan kisah mengenai hilangnya Sang
Ibu lima tahun yang lalu (#5).
Saat hari pelantikan
tiba, Kelana mengusir adiknya yang datang ke kerajaan (#6) dan secara
tiba-tiba, Rafas muncul dan menyihir Putri Mahesa hingga tak sadarkan diri. Ia
pun mengaku bahwa ialah yang membunuh Sang Permaisuri, ibu Putri Mahesa (#7).
Ketika kerajaan Andala diselimuti kegelapan karena sihir jahatnya, Permaisuri
menemuinya dan merebut tongkat Rafas. Namun naas, ia terjatuh dari tebing (#8).
Pada saat itu pula, Rafas mengatakan Putri Mahesa bisa kembali sadar dengan
syarat kerajaan Andala diserahkan kepadanya.
Atas kejadian ini, para
penasihat dan Ksatria istana mengadakan pertemuan dan didapatkan hasil mereka
akan berpencar untuk mencari teratai emas yang konon bisa untuk mengalahkan
sihir jahat (#9). Kelana pun memulai perjalanannya ke arah tenggara (#10).
Ketika berada di tengah
hutan, Kelana menyelamatkan seekor kelinci milik seorang wanita tua. Sebagai
balas jasa, ia memberitahukan cara untuk mendapatkan teratai emas dengan
menunjukkan lembah terdalam hutan. Sesampainya di sana, Kelana melihat cermin
dan tersedot masuk ke dalamnya (#11).
Kelana mengalami
perjalanan sihir hingga sampai ke sebuah tempat yang asing baginya, di mana
tempat itu terdapat tantangan untuk diselesaikan demi mendapatkan teratai emas.
Tantangan pertamanya adalah mengalahkan raksasa (#12). Pada perjalanannya
tersebut, Horsi, kuda kesayangannya, berubah dari kuda menjadi seekor tikus.
Pada #13 Kelana masih
mencari cara untuk bisa mengalahkan raksasa dan #14 menceritakan kesuksesan
Kelana dalam menghadapi ujian pertamanya itu dengan menggnakan taktik yang
cerdik. Setelah mengalahkan raksasa, Kelana kembali mengalami perjalanan ruang
dan waktu.
Kelana sampai pada
sebuah keramaian pasar untuk ujiannya yang kedua. Kali ini ia diminta untuk
menemukan barang yang paling berharga di sana (#15). Kelana masih belum
menemukannya, sesekali ia melihat uang yang ada di dompetnya manakala ada
keajaiban yang menggandakan uang tersebut. Lama ia mencari, namun belum juga
ketemu. Lalu tiba-tiba, teman seperjalanannya, Horsi, mulai menunjukkan
tanda-tanda tidak sadarkan diri (#16).
Setelah Horsi melewati
masa kritisnya, Kelana menemukan barang yang paling berharga (#17) dan ia
melewati perjalanan lagi untuk menghadapi ujian yang ketiga.
Di sini ia mendarat
pada sebuah pemukiman padat dan bertemu dengan seorang pencuri secara tidak
disengaja. Bila berhasil melewati ujian yang terakhir ini, Kelana akan
mendapatkan teratai emas (#18). Di pemukiman tersebut, Kelana bertemu dengan
seorang pencuri yang ternyata adalah adiknya sendiri, Maharani (#19).
Setelah bertemu dengan
adik dan juga ibunya, Kelana merasa menyesal telah berbuat jahat kepada mereka
dan ia meminta maaf atas perlakuannya. Mereka pun memaafkan Kelana (#20).
Mereka bertiga berbincang dan akhirnya diketahuilah bahwa teratai emas itu
disimpan oleh ibu Kelana setelah satu hari yang lalu seorang wanita
menitipkannya kepadanya (#21).
Kelana membawa teratai
emas itu dan langsung melaju ke kerajaan. Di sana ia menuju ke kamar Putri Mahesa
dan menemukannya dikelilingi oleh raja, dayang, dan para ksatria. Mereka menyambut
Kelana dengan gembira karena melihat teratai emas di tangannya. Ketika teratai
emas akan dipakaikan pada kepala Putri, tiba-tiba Rafas datang dan merebut
kotak teratai itu (#22).
***
Sang Raja kemudian berusaha merebut
kotak tersebut namun lagi-lagi ia terpental ke sudut ruangan diikuti teriakan
ketakutan dari para dayang. Mereka semua terkapar tak berdaya di hadapan Rafas.
Kelana melihat jam pasir yang ada di samping tempat tidur Putri Mahesa. Jam
pasir itu semakin lama semakin habis, menunjukkan waktu yang semakin sempit.
Pada
saat itu Kelana mendekati Rafas dan mulai berlutut di hadapannya,
“Salam, hai Rafas ! Engkau adalah raja
baru bagi kami ! aku adalah pengikut pertamamu !”
Melihat
hal itu, semua orang yang ada di ruangan terkesima. Mereka menunjukkan rasa
marah kepada Kelana. Kelana dianggap berkhianata terhadap istana. Namun mereka
tidak bisa berbuat apa-apa. Mereka hanya bisa diam di tempat. Mata Rafas
berbinar mendengar ucapan dari Kelana.
“Hahaha… senangnya aku ! akhirnya ada
pengkhianat di istana ini !”
“Yang Mulia, kekuatanmu memang tidak
diragukan lagi. Engkau adalah orang terkuat di dunia ini, sungguh, kami tidak
ada apa-apanya dibandingkan dirimu. Sekarang kotak itu milikmu. Lihatlah di
dalam kotak itu terdapat teratai emas yang amat berharga. Sebuah kehormatan
bila kotak ini dibuka olehmu, Yang Mulia !” Kelana menyanjung Rafas. Rafas tersenyum
dan mengangguk-anggukan kepalanya.
“Memang akulah yang terhebat. Hahaha..
baiklah akan kubuka kotak ini !”
Kelana berdiri, menghampirinya dan
berkata,
“Biar kubawakan tongkatmu, Yang Mulia.
Supaya kau leluasa membuka benda berharga itu !” Kelana menawarkan dirinya
kepada Rafas.
Rafas
tanpa ragu memberikan tongkat miliknya kepada Kelana. Semua orang yang ada di
situ hanya bisa melihat dan menunduk penuh amarah dan kekecewaan. Sang raja
menatap Kelana dan Rafas dengan tatapan yang amat sedih. Salah seorang ksatria
hanya bisa menepuk punggung raja.
No comments:
Post a Comment