Wednesday, May 13, 2020

#13 : Strategi Kelana

Hai ! Jumpa lagi. Semoga masih semangat untuk menjaalani kehidupan, terutama dengan berita yang katanya iuran BPJS akan naik. Selain harus semangat, tentu juga harus sehat selalu. Sekarang mari lanjutkan dongengnya.

Dongeng ini bercerita mengenai seorang prajurit bernama Kelana (#2) yang berhasil menggagalkan rencana Rafas, penyihir jahat, untuk melukai Putri Mahesa, putri Sang Raja (#3). Karenanya, Kelana hendak diangkat menjadi seorang Ksatria Kerajaan.

            Ketika Putri Mahesa menanyakan keluarga Kelana, Kelana berbohong mengenai keadaan keluarganya (#4) dan Putri Mahesa menceritakan kisah mengenai hilangnya Sang Ibu lima tahun yang lalu (#5).      

Saat hari pelantikan tiba, Kelana mengusir adiknya yang datang ke kerajaan (#6) dan secara tiba-tiba, Rafas muncul dan menyihir Putri Mahesa hingga tak sadarkan diri. Ia pun mengaku bahwa ialah yang membunuh Sang Permaisuri, ibu Putri Mahesa (#7). Ketika kerajaan Andala diselimuti kegelapan karena sihir jahatnya, Permaisuri menemuinya dan merebut tongkat Rafas. Namun naas, ia terjatuh dari tebing (#8). Pada saat itu pula, Rafas mengatakan Putri Mahesa bisa kembali sadar dengan syarat kerajaan Andala diserahkan kepadanya.

Atas kejadian ini, para penasihat dan Ksatria istana mengadakan pertemuan dan didapatkan hasil mereka akan berpencar untuk mencari teratai emas yang konon bisa untuk mengalahkan sihir jahat (#9). Kelana pun memulai perjalanannya ke arah tenggara (#10).

Ketika berada di tengah hutan, Kelana menyelamatkan seekor kelinci milik seorang wanita tua. Sebagai balas jasa, ia memberitahukan cara untuk mendapatkan teratai emas dengan menunjukkan lembah terdalam hutan. Sesampainya di sana, Kelana melihat cermin dan tersedot masuk ke dalamnya (#11).

Kelana mengalami perjalanan sihir hingga sampai ke sebuah tempat yang asing baginya, di mana tempat itu terdapat tantangan untuk diselesaikan demi mendapatkan teratai emas. Tantangan pertamanya adalah mengalahkan raksasa (#12).

***

 

Kelana tidak putus asa. Ia masih berusaha untuk mengetahui titik lemah raksasa. ia kemudian mengambil beberapa batu lagi dan melemparkannya. Kali ini salah satu batu mengenai wajah sang raksasa. Iapun terbangun dan menghentak-hentakkan kaki serta tangannya.

“Siapakah yang berani mengganggu tidurku ?” katanya berteriak. Raksasa itu gusar dan membuat dataran yang semula tenang menjadi bergoyang dengan hebat. Kelana langsung naik ke celana raksasa sebelum ia berdiri. Raksasa itu kemudain melihat ke sekeliling dan menemukan beberapa buah batu.

Ia berdiri dan mulai mengamuk. Ia berlari sambil melihat ke bawah, kalau-kalau menemukan pelakunya. Kelana berusaha menggenggam erat celana sang raksasa agar tidak terjatuh. Kelana memejamkan matanya ketakutan. Horsi yang setia di pundaknya berusaha untuk memegang baju Kelana.

Setelah lelah mencari, raksasa itu menyerah dan kembali berbaring untuk tidur. Kelana keudian perlahan turun dari celana dan berlari sekuat mungkin sebelum raksasa itu kembali terbangun.

Kelana memanjat sebuah pohon untuk beristirahat sembari mengambil buah di sana. Ia berpikir bagaimana menjatuhkan raksasa itu.

“Kau lihat sendiri Horsi, bagaimana petualangan kita hari ini. Sangat mengerikan ! apakah kamu memiliki ide ?” katanya pada Horsi, “ah, sebaiknya kita beristirahat terlebih dahulu.”

Kelana bangun dari istirahat singkatnya dan mulai berkeliling hutan untuk mencari cara mengalahkan raksasa. Ia melihat pohon, tanah, dan langit untuk mendapatkan petunjuk. Ia mencoba menggali tanah bilamana ada senjata yang tertimbun. Namun hasilnya nihil. Kemudian ia berlari diantara pohon untuk berlatih kelincahan, bilamana diperlukan untuk melarikan diri dari raksasa, sebelum akhirnya ia berhenti karena kelelahan. Ia duduk di atas batu sambil berpikir.

Tiba-tiba ia terkejut karena ada sesuatu yang membuat geli telinganya. Kelana sampai jatuh terpeleset karena benda di telinganya mengganggu keseimbangannya. Horsi yang sedari tadi ada di bahu Kelana pun ikut terjatuh di pangkuannya. Ia berusaha mengeluarkan benda itu dan ternyata seekor semut kecil keluar dari sana. 

“Ah, dasar semut kecil ini membuatku jatuh,” gumamnya. Setelah itu, tiba-tiba Kelana mendapatkan sebuah ide, “kau benar Horsi ! kita harus memanfaatkan tubuh mungil kita ini !” ucapnya gembira.

Kelana berlari untuk mengamati di mana raksasa itu berada. Sang raksasa masih tertidur dengan pulas. Sementara itu, Kelana menyiapkan jebakan untuk menjatuhkannya. Ia menggali tanah sedalam dan seluas mungkin sebelum raksasa itu terbangun. Ia juga mengikat seutas tali yang dibuat dari kumpulan akar dan ranting. Tali itu diikat dan dibentangkan kuat di antara kedua pohon. Ia membuat beberapa lubang dan ikatan. Hal itu ia lakukan sepanjang hari demi berhasilnya rencana yang ia buat.

Sampai pada suatu hari, ketika itu Kelana merasa cukup puas dengan kinerja jebakan yang ia buat. Kelana kemudian mengamati sang raksasa yang sedang makan pohon. Selesai makan, raksasa itu kembali tertidur. Kelana mengambil kesempatan dengan mendekatinya dan menyiapkan beberapa batu besar. Horsi yang semula berada di bahu Kelana perlahan diturunkan.

“Ayo Horsi, aku percaya kamu bisa melakukannya !” ucapnya.

Horsi kemudian berjalan menuju kepada raksasa. Kelana menarik napas dalam-dalam. Setelah memastikan kawannya itu berada di tempat yang tepat, ia melemparkan batu itu ke tubuh sang raksasa. Sang raksasa yang merasa terganggu kemudian terbangun dari tidurnya.

“siapa yang mengangguku ?” teriaknya.

Kelana kemudian menjawab, “hei hei. Sebelah sini, raksasa ! akulah yang membangunkanmu !” Kelana membalas dengan teriakan yang amat keras.

Raksasa mencari di mana sumber suara itu. Raksasa itu masih belum melihat Kelana yang ukurannya jauh lebih kecil dari dirinya. Kelana lagi-lagi melempar batu untuk menarik perhatian raksasa dan kali ini batu itu mengenai wajahnya. Kelana mengangkat tangan dan berkata, “hei.. lihat aku !”

Raksasa itu geram melihat Kelana.

 

 


No comments:

Post a Comment

Pilihan untuk Menjadi Ibu yang Bekerja

Menjadi ibu itu capek ! Serius, melelahkan. Sebagai seorang ibu, mau bekerja atau full time di rumah, tetap saja melelahkan. Beberapa waktu...