Hai hai ! Kembali
lagi.. ada sebuah kejadian menarik di klinik pagi ini. seorang pasien datang
meminta obat antibiotic.. untuk ikannya. Sebuah pembelajaran baru, ternyata
obat antibiotic manusia juga bisa untuk hewan (?) Lumayan, kisah pagi ini
membuat suasana hati menajdi tidak kaku setelah ada kejadian yang membuat tidak
enak hati. Cukup cerita pagi ini, mari lanjut dongeng yang kemarin :D
Dongeng ini berjudul
“Petualangan Kelana”, bercerita mengenai seorang prajurit bernama Kelana (#2)
yang berhasil menggagalkan rencana Rafas, penyihir jahat, untuk melukai Putri
Mahesa, putri Sang Raja (#3). Karenanya, Kelana hendak diangkat menjadi seorang
Ksatria Kerajaan.
Ketika
Putri Mahesa menanyakan keluarga Kelana, Kelana berbohong mengenai keadaan
keluarganya (#4) dan Putri Mahesa menceritakan kisah mengenai hilangnya Sang
Ibu lima tahun yang lalu (#5).
Saat hari pelantikan
tiba, Kelana mengusir adiknya yang datang ke kerajaan (#6) dan secara
tiba-tiba, Rafas muncul dan menyihir Putri Mahesa hingga tak sadarkan diri. Ia
pun mengaku bahwa ialah yang membunuh Sang Permaisuri, ibu Putri Mahesa (#7).
Ketika kerajaan Andala diselimuti kegelapan karena sihir jahatnya, Permaisuri
menemuinya dan merebut tongkat Rafas. Namun naas, ia terjatuh dari tebing (#8).
Pada saat itu pula, Rafas mengatakan Putri Mahesa bisa kembali sadar dengan
syarat kerajaan Andala diserahkan kepadanya.
Atas kejadian ini, para
penasihat dan Ksatria istana mengadakan pertemuan dan didapatkan hasil mereka
akan berpencar untuk mencari teratai emas yang konon bisa untuk mengalahkan
sihir jahat (#9). Kelana pun memulai perjalanannya ke arah tenggara (#10).
Ketika berada di tengah
hutan, Kelana menyelamatkan seekor kelinci milik seorang wanita tua. Sebagai
balas jasa, ia memberitahukan cara untuk mendapatkan teratai emas dengan
menunjukkan lembah terdalam hutan. Sesampainya di sana, Kelana melihat cermin
dan tersedot masuk ke dalamnya (#11).
Kelana mengalami
perjalanan sihir hingga sampai ke sebuah tempat yang asing baginya, di mana
tempat itu terdapat tantangan untuk diselesaikan demi mendapatkan teratai emas.
Tantangan pertamanya adalah mengalahkan raksasa (#12). Pada perjalanannya
tersebut, Horsi, kuda kesayangannya, berubah dari kuda menjadi seekor tikus.
Pada #13 Kelana masih
mencari cara untuk bisa mengalahkan raksasa dan #14 menceritakan kesuksesan
Kelana dalam menghadapi ujian pertamanya itu dengan menggnakan taktik yang
cerdik. Setelah mengalahkan raksasa, Kelana kembali mengalami perjalanan ruang
dan waktu.
Kelana sampai pada
sebuah keramaian pasar untuk ujiannya yang kedua. Kali ini ia diminta untuk
menemukan barang yang paling berharga di sana (#15). Kelana masih belum
menemukannya, sesekali ia melihat uang yang ada di dompetnya manakala ada
keajaiban yang menggandakan uang tersebut. Lama ia mencari, namun belum juga
ketemu. Lalu tiba-tiba, teman seperjalanannya, Horsi, mulai menunjukkan
tanda-tanda tidak sadarkan diri (#16).
Setelah Horsi melewati
masa kritisnya, Kelana menemukan barang yang paling berharga (#17) dan ia
melewati perjalanan lagi untuk menghadapi ujian yang ketiga.
Di sini ia mendarat
pada sebuah pemukiman padat dan bertemu dengan seorang pencuri secara tidak
disengaja. Bila berhasil melewati ujian yang terakhir ini, Kelana akan
mendapatkan teratai emas (#18). Di pemukiman tersebut, Kelana bertemu dengan
seorang pencuri yang ternyata adalah adiknya sendiri, Maharani (#19).
Setelah bertemu dengan
adik dan juga ibunya, Kelana merasa menyesal telah berbuat jahat kepada mereka
dan ia meminta maaf atas perlakuannya. Mereka pun memaafkan Kelana (#20).
Mereka bertiga berbincang dan akhirnya diketahuilah bahwa teratai emas itu
disimpan oleh ibu Kelana setelah satu hari yang lalu seorang wanita
menitipkannya kepadanya (#21).
***
Kelana sampai di istana
dan langsung menuju ke kamar Putri Mahesa. Di sana sudah terdapat ketujuh
ksatria, sang Raja, dan dayang kerajaan. Tampak dayang-dayang yang merupakan
pelayan sang putri menangis tersedu-sedu. Para ksatria menunduk lesu dan sang
raja memegang tangan Putri Mahesa serta membelai lembut rambutnya. Di samping
tempat tidurnya terdapat jam pasir yang menunjukkan tenggat waktu dari Rafas.
Waktu yang diberikan hampir habis. Kelana segera membuka kotak miliknya dan
mengambil teratai emas itu.
Semua orang yang ada di
situ terkejut dengan kedatangan Kelana, terlebih oleh teratai emas yang ada di
tangannya. Sang raja menatap Kelana dengan tatapan haru, matanya berkaca-kaca,
dan tak lama kemudian ia menangis.
“Kelana..” katanya.
“Yang Mulia, aku berhasil mendapatkan
teratai emas ini. Aku akan meletakkannya di kepala Tuan Putri agar sihir itu
menghilang,” Kelana berjalan mendekati Putri Mahesa. Belum sempat ia meletakkan
teratai itu pada kepalanya, tiba-tiba ruangan dipenuhi kegelapan. Tampak kabut
asap berwana abu-abu menyelimuti ruangan itu.
Sebuah hentakan keras
terdengar, dan muncullah Rafas, sang penyihir jahat.
“Hahaha.. Lagi-lagi kita bertemu ! Tak
kusangka kau berhasil menemukan teratai itu !” ucapnya. Tampak di tangannya
terdapat tongkat tengkorak yang menyala-nyala.
Kelana
memasukkan teratai itu ke dalam saku bajunya perlahan, sedangkan kotak kecil
tempat teratai itu diletakkan di samping tempat tidur Putri Mahesa. Ia pun
mengeluarkan pedang miliknya. Bersamaan dengan itu, para kstaria juga melakukan
hal yang sama. Mereka menyerang Rafas namun tidak ada satupun yang berhasil
menjangkaunya. Rafas mengangkat tongkatnya dan para ksatria terdorong jatuh.
Rafas
masih terlalu kuat bagi mereka. Kelana memutar otak bagaimana bisa
mengelahkannya. Ia kemudian melihat ke arah tongkat Rafas. Ia yakin kekuatan
Rafas ada pada tongkat itu. Cara untuk mengalahkannya adalah dengan menghancurkan
tongkat itu.
“Berikan teratai itu padaku ! Atau akan
membunuh Putri Mahesa !” kata Rafas kepada Kelana.
Kelana
bangkit berdiri dan berkata,
“Tidak akan kuberikan kepadamu hai orang
jahat !”
Rafas
tertawa,
“Kalian tidak ada yang bisa
mengalahkanku, sang raja kegelapan ! “
Kelana
kemudian berlari menuju ke arah kotak kecil itu berada. Rafas yang melihatnya
langsung mengayunkan tongkat miliknya dan seketika kotak itu sudah berpindah
tangan kepadanya.
“Hahaha.. lihatlah teratai itu sudah
menjadi milikku ! Habislah kalian semua ! kerajaan ini menjadi milikku !”
ucapnya.
Kirain putri udah bisa bangun,
ReplyDeleteTapi ya gak mungkin lah ya, masih cerita ke-22, belum waktunya tamat.
Rafas: Tidak secepat itu ferguso.
Btw kak, antibiotik buat ikan itu buat apa? Tolong dibalas ya, beneran penasaran
iya nanti dulu bangunnya, selain biar panjang karena masih hari ke-22, juga supaya dramatis, jengjengjeng gt.
Deletenah untuk penggunaan antibiotik pada ikan itu sejujurnya aku juga tidak tahu. tapi iseng cari-cari, memang sih ada penelitian antibiotik untuk ikan, nama generik sama seperti yang diminum manusia... tapi apakah sediaan dan mekanisme juga sama ? entahlah. untuk bacaan ini: http://etd.repository.ugm.ac.id/home/detail_pencarian/24271
hahahaha...
Iya iya, jangan kayak tersanjung yg gampanh ditebak pokoknya,
DeleteOoo gitu, oke kak
Eh, thank you ya kak, beneran dibalas ��