Friday, May 22, 2020

#22 : Rafas Merebut Teratai Emas

Hai hai ! Kembali lagi.. ada sebuah kejadian menarik di klinik pagi ini. seorang pasien datang meminta obat antibiotic.. untuk ikannya. Sebuah pembelajaran baru, ternyata obat antibiotic manusia juga bisa untuk hewan (?) Lumayan, kisah pagi ini membuat suasana hati menajdi tidak kaku setelah ada kejadian yang membuat tidak enak hati. Cukup cerita pagi ini, mari lanjut dongeng yang kemarin :D

Dongeng ini berjudul “Petualangan Kelana”, bercerita mengenai seorang prajurit bernama Kelana (#2) yang berhasil menggagalkan rencana Rafas, penyihir jahat, untuk melukai Putri Mahesa, putri Sang Raja (#3). Karenanya, Kelana hendak diangkat menjadi seorang Ksatria Kerajaan.

            Ketika Putri Mahesa menanyakan keluarga Kelana, Kelana berbohong mengenai keadaan keluarganya (#4) dan Putri Mahesa menceritakan kisah mengenai hilangnya Sang Ibu lima tahun yang lalu (#5).      

Saat hari pelantikan tiba, Kelana mengusir adiknya yang datang ke kerajaan (#6) dan secara tiba-tiba, Rafas muncul dan menyihir Putri Mahesa hingga tak sadarkan diri. Ia pun mengaku bahwa ialah yang membunuh Sang Permaisuri, ibu Putri Mahesa (#7). Ketika kerajaan Andala diselimuti kegelapan karena sihir jahatnya, Permaisuri menemuinya dan merebut tongkat Rafas. Namun naas, ia terjatuh dari tebing (#8). Pada saat itu pula, Rafas mengatakan Putri Mahesa bisa kembali sadar dengan syarat kerajaan Andala diserahkan kepadanya.

Atas kejadian ini, para penasihat dan Ksatria istana mengadakan pertemuan dan didapatkan hasil mereka akan berpencar untuk mencari teratai emas yang konon bisa untuk mengalahkan sihir jahat (#9). Kelana pun memulai perjalanannya ke arah tenggara (#10).

Ketika berada di tengah hutan, Kelana menyelamatkan seekor kelinci milik seorang wanita tua. Sebagai balas jasa, ia memberitahukan cara untuk mendapatkan teratai emas dengan menunjukkan lembah terdalam hutan. Sesampainya di sana, Kelana melihat cermin dan tersedot masuk ke dalamnya (#11).

Kelana mengalami perjalanan sihir hingga sampai ke sebuah tempat yang asing baginya, di mana tempat itu terdapat tantangan untuk diselesaikan demi mendapatkan teratai emas. Tantangan pertamanya adalah mengalahkan raksasa (#12). Pada perjalanannya tersebut, Horsi, kuda kesayangannya, berubah dari kuda menjadi seekor tikus.

Pada #13 Kelana masih mencari cara untuk bisa mengalahkan raksasa dan #14 menceritakan kesuksesan Kelana dalam menghadapi ujian pertamanya itu dengan menggnakan taktik yang cerdik. Setelah mengalahkan raksasa, Kelana kembali mengalami perjalanan ruang dan waktu.

Kelana sampai pada sebuah keramaian pasar untuk ujiannya yang kedua. Kali ini ia diminta untuk menemukan barang yang paling berharga di sana (#15). Kelana masih belum menemukannya, sesekali ia melihat uang yang ada di dompetnya manakala ada keajaiban yang menggandakan uang tersebut. Lama ia mencari, namun belum juga ketemu. Lalu tiba-tiba, teman seperjalanannya, Horsi, mulai menunjukkan tanda-tanda tidak sadarkan diri (#16).

Setelah Horsi melewati masa kritisnya, Kelana menemukan barang yang paling berharga (#17) dan ia melewati perjalanan lagi untuk menghadapi ujian yang ketiga.

Di sini ia mendarat pada sebuah pemukiman padat dan bertemu dengan seorang pencuri secara tidak disengaja. Bila berhasil melewati ujian yang terakhir ini, Kelana akan mendapatkan teratai emas (#18). Di pemukiman tersebut, Kelana bertemu dengan seorang pencuri yang ternyata adalah adiknya sendiri, Maharani (#19).

Setelah bertemu dengan adik dan juga ibunya, Kelana merasa menyesal telah berbuat jahat kepada mereka dan ia meminta maaf atas perlakuannya. Mereka pun memaafkan Kelana (#20). Mereka bertiga berbincang dan akhirnya diketahuilah bahwa teratai emas itu disimpan oleh ibu Kelana setelah satu hari yang lalu seorang wanita menitipkannya kepadanya (#21).

***

Kelana sampai di istana dan langsung menuju ke kamar Putri Mahesa. Di sana sudah terdapat ketujuh ksatria, sang Raja, dan dayang kerajaan. Tampak dayang-dayang yang merupakan pelayan sang putri menangis tersedu-sedu. Para ksatria menunduk lesu dan sang raja memegang tangan Putri Mahesa serta membelai lembut rambutnya. Di samping tempat tidurnya terdapat jam pasir yang menunjukkan tenggat waktu dari Rafas. Waktu yang diberikan hampir habis. Kelana segera membuka kotak miliknya dan mengambil teratai emas itu.

Semua orang yang ada di situ terkejut dengan kedatangan Kelana, terlebih oleh teratai emas yang ada di tangannya. Sang raja menatap Kelana dengan tatapan haru, matanya berkaca-kaca, dan tak lama kemudian ia menangis.

“Kelana..” katanya.

“Yang Mulia, aku berhasil mendapatkan teratai emas ini. Aku akan meletakkannya di kepala Tuan Putri agar sihir itu menghilang,” Kelana berjalan mendekati Putri Mahesa. Belum sempat ia meletakkan teratai itu pada kepalanya, tiba-tiba ruangan dipenuhi kegelapan. Tampak kabut asap berwana abu-abu menyelimuti ruangan itu.

Sebuah hentakan keras terdengar, dan muncullah Rafas, sang penyihir jahat.

“Hahaha.. Lagi-lagi kita bertemu ! Tak kusangka kau berhasil menemukan teratai itu !” ucapnya. Tampak di tangannya terdapat tongkat tengkorak yang menyala-nyala.

            Kelana memasukkan teratai itu ke dalam saku bajunya perlahan, sedangkan kotak kecil tempat teratai itu diletakkan di samping tempat tidur Putri Mahesa. Ia pun mengeluarkan pedang miliknya. Bersamaan dengan itu, para kstaria juga melakukan hal yang sama. Mereka menyerang Rafas namun tidak ada satupun yang berhasil menjangkaunya. Rafas mengangkat tongkatnya dan para ksatria terdorong jatuh.

            Rafas masih terlalu kuat bagi mereka. Kelana memutar otak bagaimana bisa mengelahkannya. Ia kemudian melihat ke arah tongkat Rafas. Ia yakin kekuatan Rafas ada pada tongkat itu. Cara untuk mengalahkannya adalah dengan menghancurkan tongkat itu.

“Berikan teratai itu padaku ! Atau akan membunuh Putri Mahesa !” kata Rafas kepada Kelana.

            Kelana bangkit berdiri dan berkata,

“Tidak akan kuberikan kepadamu hai orang jahat !”

            Rafas tertawa,

“Kalian tidak ada yang bisa mengalahkanku, sang raja kegelapan ! “

            Kelana kemudian berlari menuju ke arah kotak kecil itu berada. Rafas yang melihatnya langsung mengayunkan tongkat miliknya dan seketika kotak itu sudah berpindah tangan kepadanya.

“Hahaha.. lihatlah teratai itu sudah menjadi milikku ! Habislah kalian semua ! kerajaan ini menjadi milikku !” ucapnya.

 


3 comments:

  1. Kirain putri udah bisa bangun,
    Tapi ya gak mungkin lah ya, masih cerita ke-22, belum waktunya tamat.
    Rafas: Tidak secepat itu ferguso.
    Btw kak, antibiotik buat ikan itu buat apa? Tolong dibalas ya, beneran penasaran

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya nanti dulu bangunnya, selain biar panjang karena masih hari ke-22, juga supaya dramatis, jengjengjeng gt.

      nah untuk penggunaan antibiotik pada ikan itu sejujurnya aku juga tidak tahu. tapi iseng cari-cari, memang sih ada penelitian antibiotik untuk ikan, nama generik sama seperti yang diminum manusia... tapi apakah sediaan dan mekanisme juga sama ? entahlah. untuk bacaan ini: http://etd.repository.ugm.ac.id/home/detail_pencarian/24271

      hahahaha...

      Delete
    2. Iya iya, jangan kayak tersanjung yg gampanh ditebak pokoknya,

      Ooo gitu, oke kak

      Eh, thank you ya kak, beneran dibalas ��

      Delete

Pilihan untuk Menjadi Ibu yang Bekerja

Menjadi ibu itu capek ! Serius, melelahkan. Sebagai seorang ibu, mau bekerja atau full time di rumah, tetap saja melelahkan. Beberapa waktu...