Hai ! Hari ke-14 dan
masih semangat untuk menulis. Meski kadang ketika membaca ceritaku ini aku
sendiri ketawa-ketawa karena membandingkan tulisanku dengan tulisan orang lain
sepertinya lebih berfaedah. Tapi ceritaku harus tetap berjalan, kan ? Seperti
kata Indra Herlambang dalam salah satu kicauannya,
‘Rumput tetangga selalu
terlihat lebih hijau, tapi kita kan bukan sapi jadi ga masalah’
Membuatku merasa lebih
tenang. Setiap orang punya porsi masing-masing jadi kadang tidak perlu untuk
membandingkan dengan orang lain (dan berpikir, apakah ini hanya excuse atas sebuah kemalasan ? Hahaha..)
Lanjut saja dongengnya ya..
Dongeng ini bercerita
mengenai seorang prajurit bernama Kelana (#2) yang berhasil menggagalkan
rencana Rafas, penyihir jahat, untuk melukai Putri Mahesa, putri Sang Raja
(#3). Karenanya, Kelana hendak diangkat menjadi seorang Ksatria Kerajaan.
Ketika
Putri Mahesa menanyakan keluarga Kelana, Kelana berbohong mengenai keadaan
keluarganya (#4) dan Putri Mahesa menceritakan kisah mengenai hilangnya Sang
Ibu lima tahun yang lalu (#5).
Saat hari pelantikan
tiba, Kelana mengusir adiknya yang datang ke kerajaan (#6) dan secara
tiba-tiba, Rafas muncul dan menyihir Putri Mahesa hingga tak sadarkan diri. Ia
pun mengaku bahwa ialah yang membunuh Sang Permaisuri, ibu Putri Mahesa (#7).
Ketika kerajaan Andala diselimuti kegelapan karena sihir jahatnya, Permaisuri
menemuinya dan merebut tongkat Rafas. Namun naas, ia terjatuh dari tebing (#8).
Pada saat itu pula, Rafas mengatakan Putri Mahesa bisa kembali sadar dengan
syarat kerajaan Andala diserahkan kepadanya.
Atas kejadian ini, para
penasihat dan Ksatria istana mengadakan pertemuan dan didapatkan hasil mereka
akan berpencar untuk mencari teratai emas yang konon bisa untuk mengalahkan
sihir jahat (#9). Kelana pun memulai perjalanannya ke arah tenggara (#10).
Ketika berada di tengah
hutan, Kelana menyelamatkan seekor kelinci milik seorang wanita tua. Sebagai balas
jasa, ia memberitahukan cara untuk mendapatkan teratai emas dengan menunjukkan
lembah terdalam hutan. Sesampainya di sana, Kelana melihat cermin dan tersedot
masuk ke dalamnya (#11).
Kelana mengalami
perjalanan sihir hingga sampai ke sebuah tempat yang asing baginya, di mana
tempat itu terdapat tantangan untuk diselesaikan demi mendapatkan teratai emas.
Tantangan pertamanya adalah mengalahkan raksasa (#12).
Pada #13 menceritakan
perjuangan Kelana untuk mengalahkan raksasa.
***
Ia kemudian menggerakkan tangannya berusaha
menggapai Kelana. Kelana berhasil menghindar dengan lincah. Ia kemudian berdiri
dan berusaha menginjak Kelana namun lagi-lagi Kelana bisa menghindar.
“Dasar kau manusia kecil !
berani-beraninya kau membangun tidur nyenyakku !” katanya.
“Tangkap aku jika kau bisa ! hahaha..”
Kelana menggoda.
Raksasa itu murka dan
berlari mengejarnya. Karena badannya yang besar, sang raksasa tidak bisa
berlari dengan mudah. Lain halnya raksasa, Kelana dapat berlari dengan cepat
dan lincah karena ia badannya lebih kecil dan terutama karena ia telah berlatih
sebelumnya. Raksasa itu tampak kewalahan mengikuti gerakan Kelana. Namun Kelana
dengan semangat terus mengarahkannya ke jebakan yang telah dibuat sebelumnya.
Tak berapa lama,
tiba-tiba sang raksasa tampak kehilangan keseimbangan. Rupanya Horsi yang
sedari tadi berjalan-jalan di liang telinga sang raksasa membuatnya merasa
geli. Raksasa itu tidak nyaman dan terus menggoyang-goyangkan kepalanya untuk
mengeluarkan Horsi sambil terus berlari mengejar Kelana.
Akhirnya sampailah
mereka ke tempat yang telah dirancang oleh Kelana. Memasuki tempat yang dituju,
Kelana melihat di depannya sudah ada ikatan tali tersebut. Kelana menunduk
dengan hati-hati melewati tali yang dibuat sebelumnya dan ia melihat raksasa
masih menggerakkan kepalanya.
“Ayo ke sini !” kata Kelana.
Raksasa itu berlari
menuju ke arah Kelana sambil memukul-mukul telinganya yang gatal itu. Ia tidak
menyadari bahwa di depannya sudah terdapat bentangan tali. Ketika kakinya
mengenai tali tersebut, ia kehilangan keseimbangan dan akhirnya terjatuh.
Kepalanya juga ikut terperangkap dalam lubang yang dibuat Kelana sebelumnya,
serta badannya menyeruduk pohon-pohon yang ada. Hal itu membuatnya sulit untuk
terbangun. Segera Kelana mengambil kesempatan itu. Ia naik ke atas pohon di
dekat sang raksasa terjatuh. Kemudian ia mengeluarkan pedang miliknya. Setelah
menarik napas dalam, ia melompat ke bagian belakang raksasa sambil menusuknya
dengan pedang tersebut. Pedang tersebut tertancap di punggung raksasa dan tak
lama darah menetes dari sana. Horsi yang berada di dalam telinga keluar dan
kembali ke bahu Kelana.
Setelah itu terdengar
suara dari langit. Suara itu menggelegar dan berkata,
“Selamat, anak muda. Kamu telah berhasil
melewati tantangan yang pertama ! aku cukup kagum dengamnu, namun jangan cepat
puas, karena masih ada dua tantangan lagi menantimu !” katanya.
“Apakah tantangan berikutnya ?”
tanyanya.
“Nanti juga kau akan tahu. Bila kamu
memiliki tekad yang kuat, pasti bisa melewati semuanya !” lanjutnya, “sekarang
bersiaplah !”
Tiba-tiba suara itu
menghilang dan Kelana serta Horsi kembali mengalami perjalanan waktu dan
tempat. Keadaan menjadi gelap, yang tadinya di sana adalah hutan dengan padang
rumput yang luas, sekarang menjadi gulita. Kelana kemudian memejamkan matanya.
Tubuhnya lagi-lagi seperti diputar. Horsi memegang baju Kelana dengan erat.
No comments:
Post a Comment