Thursday, May 28, 2020

#28 : Akhir yang Bahagia

Hai ! Selamat datang pada episode terakhir dari dongeng Petualangan Kelana. Akhirnya sampai juga pada penghujung cerita. Setelah cerita ini selesai, aku akan membuat sesi penutup untuk tetap melanjutkan program #31HariMenulis. Selamat membaca episode terakhir dongeng ini !

Dongeng ini bercerita mengenai seorang prajurit bernama Kelana (#2) yang berhasil menggagalkan rencana Rafas, penyihir jahat, untuk melukai Putri Mahesa, putri Sang Raja (#3). Karenanya, Kelana hendak diangkat menjadi seorang Ksatria Kerajaan.

            Ketika Putri Mahesa menanyakan keluarga Kelana, Kelana berbohong mengenai keadaan keluarganya (#4) dan Putri Mahesa menceritakan kisah mengenai hilangnya Sang Ibu lima tahun yang lalu (#5).      

Saat hari pelantikan tiba, Kelana mengusir adiknya yang datang ke kerajaan (#6) dan secara tiba-tiba, Rafas muncul dan menyihir Putri Mahesa hingga tak sadarkan diri. Ia pun mengaku bahwa ialah yang membunuh Sang Permaisuri, ibu Putri Mahesa (#7). Ketika kerajaan Andala diselimuti kegelapan karena sihir jahatnya, Permaisuri menemuinya dan merebut tongkat Rafas. Namun naas, ia terjatuh dari tebing (#8). Pada saat itu pula, Rafas mengatakan Putri Mahesa bisa kembali sadar dengan syarat kerajaan Andala diserahkan kepadanya.

Atas kejadian ini, para penasihat dan Ksatria istana mengadakan pertemuan dan didapatkan hasil mereka akan berpencar untuk mencari teratai emas yang konon bisa untuk mengalahkan sihir jahat (#9). Kelana pun memulai perjalanannya ke arah tenggara (#10).

Ketika berada di tengah hutan, Kelana menyelamatkan seekor kelinci milik seorang wanita tua. Sebagai balas jasa, ia memberitahukan cara untuk mendapatkan teratai emas dengan menunjukkan lembah terdalam hutan. Sesampainya di sana, Kelana melihat cermin dan tersedot masuk ke dalamnya (#11).

Kelana mengalami perjalanan sihir hingga sampai ke sebuah tempat yang asing baginya, di mana tempat itu terdapat tantangan untuk diselesaikan demi mendapatkan teratai emas. Tantangan pertamanya adalah mengalahkan raksasa (#12). Pada perjalanannya tersebut, Horsi, kuda kesayangannya, berubah dari kuda menjadi seekor tikus.

Pada #13 Kelana masih mencari cara untuk bisa mengalahkan raksasa dan #14 menceritakan kesuksesan Kelana dalam menghadapi ujian pertamanya itu dengan menggnakan taktik yang cerdik. Setelah mengalahkan raksasa, Kelana kembali mengalami perjalanan ruang dan waktu.

Kelana sampai pada sebuah keramaian pasar untuk ujiannya yang kedua. Kali ini ia diminta untuk menemukan barang yang paling berharga di sana (#15). Kelana masih belum menemukannya, sesekali ia melihat uang yang ada di dompetnya manakala ada keajaiban yang menggandakan uang tersebut. Lama ia mencari, namun belum juga ketemu. Lalu tiba-tiba, teman seperjalanannya, Horsi, mulai menunjukkan tanda-tanda tidak sadarkan diri (#16).

Setelah Horsi melewati masa kritisnya, Kelana menemukan barang yang paling berharga (#17) dan ia melewati perjalanan lagi untuk menghadapi ujian yang ketiga.

Di sini ia mendarat pada sebuah pemukiman padat dan bertemu dengan seorang pencuri secara tidak disengaja. Bila berhasil melewati ujian yang terakhir ini, Kelana akan mendapatkan teratai emas (#18). Di pemukiman tersebut, Kelana bertemu dengan seorang pencuri yang ternyata adalah adiknya sendiri, Maharani (#19).

Setelah bertemu dengan adik dan juga ibunya, Kelana merasa menyesal telah berbuat jahat kepada mereka dan ia meminta maaf atas perlakuannya. Mereka pun memaafkan Kelana (#20). Mereka bertiga berbincang dan akhirnya diketahuilah bahwa teratai emas itu disimpan oleh ibu Kelana setelah satu hari yang lalu seorang wanita menitipkannya kepadanya (#21).

Kelana membawa teratai emas itu dan langsung melaju ke kerajaan. Di sana ia menuju ke kamar Putri Mahesa dan menemukannya dikelilingi oleh raja, dayang, dan para ksatria. Mereka menyambut Kelana dengan gembira karena melihat teratai emas di tangannya. Ketika teratai emas akan dipakaikan pada kepala Putri, tiba-tiba Rafas datang dan merebut kotak teratai itu (#22). 

Kelana tidak putus asa. Ia memisahkan antara teratai emas dengan kotak pembungkusnya. Diserahkannya kotak itu kepada Rafas sambil berpura-pura untuk menyerah (#23).. Sementara Rafas masih terkejut karena kotak tersebut kosong, Kelana memecahkan tongkat miliknya dan meletakkan teratai emas di kepala Putri mahesa. Putri pun terbangun (#24).

Putri Mahesa pun sudah kembali sadar dan ia merasa sangat senang telah diselamatkan oleh Kelana. Merekapun berencana untuk segera menikah dan sebelumnya, Kelana mengaku kepada Putri Mahesa mengenai keadaan keluarganya (#25).

Pada saat perayaan kembalinya Putri Mahesa dirayakan, Kelana bertemu dengan seorang wanita yang membantunya selama petualangannya mendapatkan teratai emas, perempuan yang ia temui di hutan, yang membawanya pada perjalanan ruang dan waktu, dan selalu memberinya petunjuk untuk menyelesaikan masalah (#26). Ia bercerita mengenai kejadian beberapa tahun yang lalu, setelah terjatuh dari Tebing Tanah Merah (#27).

***

Kelana mendengarkan cerita permaisuri dengan seksama. Iapun berkata, “kembalilah, anakmu sangat merindukanmu.”

 

Perempuan yang ada di hadapannya itu tersenyum.

“Hanya jika mereka berkenan untuk menerimaku kembali,” katanya, “aku telah meninggalkan mereka begitu saja”.

“Pasti ! Anakmu sangat merindukanmu dan engkau pergi karena hendak menyelamatkan kerajaan ini !” kata Kelana.

Tak berapa lama, Kelana bersama dengan permaisuri masuk kembali ke dalam istana dan bertemu Raja serta Putri Mahesa. Betapa terkejutnya mereka melihat Permaisuri hadir di tenga-tengah mereka. Mereka berpelukan dan menangis terharu. Permaisuri menceritakan kepergiannya dan berkata,

“Aku minta maaf karena telah meninggalkanmu, anakku dan suamiku..”

Sang Raja menjawab, “justru kami harus berterima kasih kepadamu, karena dirimulah kerjaan ini bisa terselamatkan.”

“Aku menyayangimu, bu” Putri Mahesa memeluknya.

            Keluarga bahagia itupun berkumpul kembali. Kelana memandangi sambil tak henti-hentinya tersenyum bahagia.

“Oh ya, Tidakkah kau ingin meminta sesuatu padaku ? aku memberimu tiga kesempatan untuk meminta, namun kau hanya menggunakan dua,” kata Permaisuri tiba-tiba kepada Kelana.

            Kelana  menghela napas panjang.

“Kurasa aku tidak akan menggunakannya. Aku sudah mendapatkan banyak darimu. Aku tidak ingin menggunakannya karena aku tidak akan pernah puas untuk meminta. Tapi kau mengajarkanku untuk terus berjuang bila ingin mendapatkan sesuatu. Meskipun petunjukmu tidak pernah bisa kumengerti. Apa maksud dari semua ujian itu ?” Kelana bertanya kepadanya.

“Sudah kuduga, kau adalah orang baik. Yah.. kamu tahu, orang kuat itu ada di mana-mana. Terlebih dirimu adalah seorang prajurit kerajaan. Namun untuk menjadi orang yang istimewa tidak hanya dibutuhkan kekuatan. Ada hal lain yang tidak kalah penting : kecerdasan, kebaikan, dan kerendahan hati. Dengan kecerdasanmu, raksasa berhasil terkalahkan. Dengan kebaikanmu, ibu dan anak itu terselamatkan. Dengan kerendahan hatimu untuk menghilangkan ego dan berani mengakui kesalahan, kamu berhasil mendapatkan kembali ibu serta adikmu. Semua sudah kamu lakukan dengan baik” jawabnya.

            Kelana tercengang mendengar penuturan perempuan itu.

“terima kasih, Ibu,” kata Kelana.

            Pesta perayaan pun dimulai dan semua orang bergembira karenanya. Pada akhirnya, Kelana dan Putri Mahesa dapat menjadi raja dan ratu yang baik dan merekapun hidup bahagia.  

 

1 comment:

  1. and they lived happily ever after, yeeay

    ReplyDelete

Pilihan untuk Menjadi Ibu yang Bekerja

Menjadi ibu itu capek ! Serius, melelahkan. Sebagai seorang ibu, mau bekerja atau full time di rumah, tetap saja melelahkan. Beberapa waktu...