Hai ! Masih dalam suasana duka atas
kepergian The Godfather of Broken Heart,
Lord Didi Kempot, ke rumah Bapa di surga. Semoga beliau diterima di sisiNya
dan keluarga serta kerabat serta siapapun yang merasa kehilangan diberi
kekuatan dan ketabahan. Ingat pesan beliau di twitter tahun 2019 :
Sing uwis ya uwis. Lara ati oleh,
ning tetap kerja lho ya, Sebab urip ora iso diragati nganggo tangismu
:’)
Dalam tema kehilangan, saat ini kita
akan lanjutkan dongeng “Petualangan Kelana”. Hari ini akan menceritakan hilangnya Sang Permaisuri - istri Raja, ibu
Putri Mahesa- beberapa tahun yang lalu. Untuk cerita sebelumnya :
#1
: ini prolog #31HariMenulis
#2
: perkenalan tokoh utama, Kelana yang awalnya adalah seorang prajurit kerajaan Andala.
#3
: bertemunya dengan sang antagonis, Rafas yang berusaha melukai Putri Mahesa namun berhasil digagalkan oleh Kelana. Karenanya, ia akan diangkat menjadi Ksatria
#4
: Kelana yang berbohong kepada Putri Mahesa mengenai masa lalunya, ia bercerita keluarganya berasal dari kalangan bangsawan.
Selamat
membaca !
Perbincangan mereka berlanjut mengenai
masa lalu Putri Mahesa yang kehilangan ibunya.
Sekitar 5 tahun yang
lalu, kala itu Putri Mahesa berumur 20 tahun, terjadi sebuah kejadian yang
aneh. Selama beberapa minggu terakhir pada masa itu, Kearajaan Andala seperti
diselimuti oleh kekuatan jahat yang membuat langit menjadi hitam gelap, setiap
hari bagaikan malam; tanpa adanya sinar matahari, bulan, atau bintang
sedikitpun
Ombak di laut tiba-tiba
naik, warga pesisir sangat khawatir bila terjadi bencana tsunami. Ditambah
hujan turun dengan deras disertai petir menyambar keras, angin menderu kencang.
Segala aktivitas terhenti. Seluruh warga sangat ketakutan akan adanya fenomena
alam itu. Tidak ada yang berani untuk keluar rumah.
Ketika itu hari masih
sore, cahaya kilat menyambar membuat penerangan dalam istana mati. Putri Mahesa
yang ketakutan keluar dari kamarnya untuk mengecek keadaan. Saat sedang
berjalan, ia melihat ibunya terburu-buru berjalan menyusuri koridor.
“Ibu mau ke mana ?” tanya Mahesa.
Sang permaisuri menghentikan langkahnya
dan segera memeluk Mahesa.
“Tidurlah lagi anakku,” Permaisuri
menjawab.
Ditemani oleh Sang Ibu.
Putri Mahesa diminta berbaring di tempat tidur dan ketika Mahesa mulai
terlelap, ia mengendap-endap keluar dari kamar. Saat hendak membuka pintu,
Mahesa berkata,
“Jangan pergi bu..”
Ia menoleh sebentar, sambil tersenyum
melenggang keluar kamar. Sejak saat itulah Sang Permaisuri menghilang dan tidak
pernah kembali. hingga saat ini.
Hal yang mengejutkan
terjadi setelah kepergiannya. Mendadak seluruh keadaan alam di Kerajaan Andala
menjadi tenang. Tidak ada lagi langit gelap mencekam, ombak yang meninggi, angin kencang, maupun
petir. Bahkan panen rakyat lebih banyak dan lebih bagus dari sebelumnya. Semua
orang, termasuk raja dan putrinya, percaya bahwa Sang Permaisuri mengorbankan
diri untuk keselamatan kerajaan. Meskipun demikian, Putri Mahesa selalu merasa
ibunya selalu ada di dekatnya.
Setelah menceritakan
hal itu, Putri Mahesa menitikkan air mata,katanya
“aku tidak memiliki kekuatan untuk
mengahalau ibuku pergi saat itu. Badanku seperti menempel pada tempat tidur,
ada kekuatan untuk menahanku dan membuat aku terlelap. Sungguh, bila kutahu itu
adalah hari terakhir aku bertemu ibuku, aku pasti akan.. “ ia tak kuasa
meneruskan kalimatnya, “aku pamit dulu..” Putri Mahesa kemudian langsung keluar
kamar dan Kelana hanya bisa duduk terdiam.
Satu sisi ia merasa
prihatin dengan masa lalu Putri Mahesa, namun sisi lain ia merasa bersalah sudah
berbohong kepadan. Ia tidak ingin dipandang rendah dan merasa malu terhadap
kondisi yang sebenarnya. Kelana hanya berdiam diri di kamar sepanjang hari.
I feel lost too.. can't believe he's gone, o Lord Didi...
ReplyDeletetetap semangat Sobat Ambyar ! Meski sudah berpulang, namun karya beliau tetap terkenang ...
ReplyDelete