Hai ! Lagi-lagi banyak
berita yang membuat pusing kepala. Klarifikasi sana sini, mulai dari pemerintah
hingga selebgram. Yasudah, yang penting sebagai rakyat kita tetap cuci tangan,
pakai masker, dan social distancing; sambil
berharap segala yang kita alami akan menjadi lebih baik. Amin.. sekarang mari
kita lanjutkan dongeng yang sudah tujuh belas hari berlangsung ini.
Dongeng ini berjudul
“Petualangan Kelana”, bercerita mengenai seorang prajurit bernama Kelana (#2)
yang berhasil menggagalkan rencana Rafas, penyihir jahat, untuk melukai Putri
Mahesa, putri Sang Raja (#3). Karenanya, Kelana hendak diangkat menjadi seorang
Ksatria Kerajaan.
Ketika
Putri Mahesa menanyakan keluarga Kelana, Kelana berbohong mengenai keadaan
keluarganya (#4) dan Putri Mahesa menceritakan kisah mengenai hilangnya Sang
Ibu lima tahun yang lalu (#5).
Saat hari pelantikan
tiba, Kelana mengusir adiknya yang datang ke kerajaan (#6) dan secara
tiba-tiba, Rafas muncul dan menyihir Putri Mahesa hingga tak sadarkan diri. Ia
pun mengaku bahwa ialah yang membunuh Sang Permaisuri, ibu Putri Mahesa (#7).
Ketika kerajaan Andala diselimuti kegelapan karena sihir jahatnya, Permaisuri
menemuinya dan merebut tongkat Rafas. Namun naas, ia terjatuh dari tebing (#8).
Pada saat itu pula, Rafas mengatakan Putri Mahesa bisa kembali sadar dengan syarat
kerajaan Andala diserahkan kepadanya.
Atas kejadian ini, para
penasihat dan Ksatria istana mengadakan pertemuan dan didapatkan hasil mereka
akan berpencar untuk mencari teratai emas yang konon bisa untuk mengalahkan
sihir jahat (#9). Kelana pun memulai perjalanannya ke arah tenggara (#10).
Ketika berada di tengah
hutan, Kelana menyelamatkan seekor kelinci milik seorang wanita tua. Sebagai
balas jasa, ia memberitahukan cara untuk mendapatkan teratai emas dengan
menunjukkan lembah terdalam hutan. Sesampainya di sana, Kelana melihat cermin
dan tersedot masuk ke dalamnya (#11).
Kelana mengalami
perjalanan sihir hingga sampai ke sebuah tempat yang asing baginya, di mana
tempat itu terdapat tantangan untuk diselesaikan demi mendapatkan teratai emas.
Tantangan pertamanya adalah mengalahkan raksasa (#12). Pada perjalanannya
tersebut, Horsi, kuda kesayangannya, berubah dari kuda menjadi seekor tikus.
Pada #13 Kelana masih
mencari cara untuk bisa mengalahkan raksasa dan #14 menceritakan kesuksesan
Kelana dalam menghadapi ujian pertamanya itu dengan menggnakan taktik yang
cerdik. Setelah mengalahkan raksasa, Kelana kembali mengalami perjalanan ruang
dan waktu.
Kelana sampai pada
sebuah keramaian pasar untuk ujiannya yang kedua. Kali ini ia diminta untuk
menemukan barang yang paling berharga di sana (#15). Kelana masih belum
menemukannya, sesekali ia melihat uang yang ada di dompetnya manakala ada
keajaiban yang menggandakan uang tersebut. Lama ia mencari, namun belum juga
ketemu. Lalu tiba-tiba, teman seperjalanannya, Horsi, mulai menunjukkan
tanda-tanda tidak sadarkan diri (#16).
Setelah Horsi melewati
masa kritisnya, Kelana menemukan barang yang paling berharga (#17) dan ia
melewati perjalanan lagi untuk menghadapi ujian yang ketiga.
***
Kelana dan Horsi
akhirnya mendarat di sebuah tempat. Tempat itu tampak seperti pemukiman padat
yang kumuh. Tampak genangan air kotor di mana-mana. Jalan yang menghubungkan
rumah dengan rumah lain pun sangat sempit. Tidak ada tanaman atau pohon yang
tumbuh di sana. Hanya rumput liar yang mudah ditemui.
Langit menjadi gelap,
terdengar gemuruh dari langit, yang menandakan suara yang akan memberi petunjuk
ujian kepada Kelana akan datang. Kelana duduk di pinggir jalan dengan Horsi
yang ada di bahunya sedang makan remahan roti.
“Selamat datang di ujian yang terakhir.
Kali ini tantangan yang harus kamu hadapi adalah menemukan teratai emas !” kata
suara itu.
Kelana mengernyitkan
dahi, ia merasa keheranan. Bagaimana mungkin di tempat kumuh seperti ini ada
teratai emas yang selama ini ia cari-cari ? ia pun bertanya kepada sang suara,
“Di manakah tempat teratai itu berada ?”
“Carilah,” suara itu kemudian
menghilang.
Kelana hanya bisa
menggelengkan kepalanya. Ia sudah menduga bahwa suara itu tidak akan memberikan
arah yang jelas mengenai ujian terakhirnya itu. Kelana bangkit dari tempat
duduknya, berkeliling dan berjalan di sekitar pemukiman untuk mendapatkan
petunjuk. Ia mengamati sekitarnya. Sekilas ia tampak prihatin karena tempat itu
sungguh berbeda dengan istana tempat ia tinggal.
Ia sempat bertemu
dengan segerombolan anak yang bermain dengan tanah penuh lumpur yang kotor.
Mereka tampak amat gembira bermain bersama. Perlahan Kelana ikut tersenyum
melihat kesederhaan orang-orang mungil di depannya itu. Ia teringat akan masa
kecilnya yang senang bermain bersama teman-temannya.
Hari masih sore ketika
ia itu. Ia sesekali ikut permainan anak-anak di sana. Mereka sangat ramah
kepadanya. Mereka tampak bebas dan tidak memiliki beban pikiran. Kelana
kemudian berefleksi terhadap dirinya sendiri. Saat ini ia sudah dewasa dan
memiliki banyak tanggung jawab. Bahkan dengan diangkatnya ia menjadi seorang
ksatria, ia harus menanggung beban keselamatan istana, bahkan negara. Ia
terkadang ingin kembali ke masa kecilnya, di mana ia masih bebas dan hanya
bermain saja. Namun ia juga menyadari, bagiamanapun, seseorang pasti tumbuh
besar. Itu pasti. Dan menjadi dewasa adalah sebuah pilihan. Ia memilih untuk
menjadi seorang yang dewasa.
Ketika itu seorang anak
dipanggil oleh ibunya untuk segera mandi karena hari mulai gelap. Kelana
mengamatinya lagi. Kali ini ia teringat akan ibunya. Bagaimana ibunya
mengasuhnya sejak kecil dan dengan sabar menasehatinya ketika ia nakal. Ibunya
jugalah yang telah berjuang dengan keras untuk menghidupinya dan sang adik.
Tanpa sadar Kelana meneteskan air matanya, terlebih mengingat kejahatan yang
pernah ia lakukan kepada keluarganya itu.
Tiba-tiba lamunannya buyar setelah dari belakang ada
seseorang menabraknya.
No comments:
Post a Comment