Sunday, May 24, 2020

#24 : Hari Kemenangan

Hai ! Selamat Idulfitri 1 Syawal 1441 Hijriah. Selamat merayakan hari Kemenangan bagi teman-teman beragama Islam. Semoga selalu diberi sukacita dan damai sejahtera. Tak lupa, semoga tetap sehat dan semangat untuk yang tidak bisa mudik tahun ini. Meski tak dapat berjabat tangan, namun hati tetap tenteram karena selalu beserta Tuhan. Amin. Bicara soal kemenangan, pas sekali, saat ini kita lanjutkan dongeng dengan subjudul : Kemenangan.

Dongeng ini berjudul “Petualangan Kelana”, bercerita mengenai seorang prajurit bernama Kelana (#2) yang berhasil menggagalkan rencana Rafas, penyihir jahat, untuk melukai Putri Mahesa, putri Sang Raja (#3). Karenanya, Kelana hendak diangkat menjadi seorang Ksatria Kerajaan.

            Ketika Putri Mahesa menanyakan keluarga Kelana, Kelana berbohong mengenai keadaan keluarganya (#4) dan Putri Mahesa menceritakan kisah mengenai hilangnya Sang Ibu lima tahun yang lalu (#5).      

Saat hari pelantikan tiba, Kelana mengusir adiknya yang datang ke kerajaan (#6) dan secara tiba-tiba, Rafas muncul dan menyihir Putri Mahesa hingga tak sadarkan diri. Ia pun mengaku bahwa ialah yang membunuh Sang Permaisuri, ibu Putri Mahesa (#7). Ketika kerajaan Andala diselimuti kegelapan karena sihir jahatnya, Permaisuri menemuinya dan merebut tongkat Rafas. Namun naas, ia terjatuh dari tebing (#8). Pada saat itu pula, Rafas mengatakan Putri Mahesa bisa kembali sadar dengan syarat kerajaan Andala diserahkan kepadanya.

Atas kejadian ini, para penasihat dan Ksatria istana mengadakan pertemuan dan didapatkan hasil mereka akan berpencar untuk mencari teratai emas yang konon bisa untuk mengalahkan sihir jahat (#9). Kelana pun memulai perjalanannya ke arah tenggara (#10).

Ketika berada di tengah hutan, Kelana menyelamatkan seekor kelinci milik seorang wanita tua. Sebagai balas jasa, ia memberitahukan cara untuk mendapatkan teratai emas dengan menunjukkan lembah terdalam hutan. Sesampainya di sana, Kelana melihat cermin dan tersedot masuk ke dalamnya (#11).

Kelana mengalami perjalanan sihir hingga sampai ke sebuah tempat yang asing baginya, di mana tempat itu terdapat tantangan untuk diselesaikan demi mendapatkan teratai emas. Tantangan pertamanya adalah mengalahkan raksasa (#12). Pada perjalanannya tersebut, Horsi, kuda kesayangannya, berubah dari kuda menjadi seekor tikus.

Pada #13 Kelana masih mencari cara untuk bisa mengalahkan raksasa dan #14 menceritakan kesuksesan Kelana dalam menghadapi ujian pertamanya itu dengan menggnakan taktik yang cerdik. Setelah mengalahkan raksasa, Kelana kembali mengalami perjalanan ruang dan waktu.

Kelana sampai pada sebuah keramaian pasar untuk ujiannya yang kedua. Kali ini ia diminta untuk menemukan barang yang paling berharga di sana (#15). Kelana masih belum menemukannya, sesekali ia melihat uang yang ada di dompetnya manakala ada keajaiban yang menggandakan uang tersebut. Lama ia mencari, namun belum juga ketemu. Lalu tiba-tiba, teman seperjalanannya, Horsi, mulai menunjukkan tanda-tanda tidak sadarkan diri (#16).

Setelah Horsi melewati masa kritisnya, Kelana menemukan barang yang paling berharga (#17) dan ia melewati perjalanan lagi untuk menghadapi ujian yang ketiga.

Di sini ia mendarat pada sebuah pemukiman padat dan bertemu dengan seorang pencuri secara tidak disengaja. Bila berhasil melewati ujian yang terakhir ini, Kelana akan mendapatkan teratai emas (#18). Di pemukiman tersebut, Kelana bertemu dengan seorang pencuri yang ternyata adalah adiknya sendiri, Maharani (#19).

Setelah bertemu dengan adik dan juga ibunya, Kelana merasa menyesal telah berbuat jahat kepada mereka dan ia meminta maaf atas perlakuannya. Mereka pun memaafkan Kelana (#20). Mereka bertiga berbincang dan akhirnya diketahuilah bahwa teratai emas itu disimpan oleh ibu Kelana setelah satu hari yang lalu seorang wanita menitipkannya kepadanya (#21).

Kelana membawa teratai emas itu dan langsung melaju ke kerajaan. Di sana ia menuju ke kamar Putri Mahesa dan menemukannya dikelilingi oleh raja, dayang, dan para ksatria. Mereka menyambut Kelana dengan gembira karena melihat teratai emas di tangannya. Ketika teratai emas akan dipakaikan pada kepala Putri, tiba-tiba Rafas datang dan merebut kotak teratai itu (#22). Kelana tidak putus asa. Ia memisahkan antara teratai emas dengan kotak pembungkusnya. Diserahkannya kotak itu kepada Rafas sambil berpura-pura untuk menyerah (#23).

***

Rafas membuka kotak itu. Alangkah terkejutnya ia, melihat teratai emas tidak ada di dalamnya. Kelana langsung mengambil kesempatan itu untuk mematahkan tongkat milik Rafas.

Krakk !

            Tongkat sihir milik Rafas sudah patah. Ia melihat Kelana dengan tatapan yang penuh amarah.

“Kau menipuku !” katanya.

            Kelana tersenyum. Di hadapannya terdapat Rafas yang sudah tidak berdaya tanpa tongkat sihir miliknya. Para ksatria dan raja, yang mulanya kecewa terhadap Kelana, kini menyadari kecerdikannya untuk mengalahkan Rafas. Ia hanya bisa dikalahkan oleh kesombongan yang diciptakannya sendiri. Mereka kemudian berdiri, dan mulai mengelilingi Rafas. Rafas kemudian ditangkap untuk kedua kalinya.

“Dengan ini ! aku akan menghukum dirimu ! Hukuman yang jauh lebih berat dari sebelumnya !” kata sang raja. 

Setelah itu, Kelana langsung menuju kepada Putri Mahesa yang masih tertidur. .Perlahan ia menempatkan teratai itu di atas kepalanya. Tiba-tiba keajaiban terjadi. Tubuh Putri Mahesa tampak diselimuti cahaya berwana putih.

Semua orang menunggu dengan jantung berdegup kencang, termasuk Kelana. Ia masih terduduk di samping tempat tidur Putri Mahesa. Sudah tidak ada waktu lagi, butiran-butiran pasir yang ada di jam itu mulai menetes seperti air. Tak berapa lama, Putri Mahesa membuka matanya. Mereka bersorak sorai melihat sang Putri sudah lepas dari sihir jahat Rafas.

Putri Mahesa perlahan mulai terbangun dan duduk dibantu oleh para dayang. Kemudian ia melihat Kelana berada di sampingnya.

“Lagi-lagi kau menyelamatkanku,” katanya tersipu malu.

            Kali ini wajah Kelana memerah. Ia terpesona oleh kecantikan Putri yang selama ini tidak ia sadari. Ia belum pernah bertatapan muka sedekat ini dengannya. Pesona dan aura Putri Mahesa membuat Kelana gugup.

“Em.. sudah kukatakan, Putri. Ini adalah tugasku untuk menjagamu,” kata  Kelana tertunduk. Ia tidak mampu menahan tatapan maut sang Putri.

            Sang Raja mendekat kepada mereka berdua. Ia berkata,

“Terima kasih, Kelana. Kamu telah membebaskan Putriku, dan kami dari Rafas. Aku berharap, kamu bisa terus menjaga Putriku satu-satunya untuk selama-lamanya.”

            Putri Mahesa dan Kelana bertatapan dan Kelana memberanikan diri untuk menggenggam tangan Putri Mahesa. Iapun mencium kening Putri Mahesa.

 


No comments:

Post a Comment

Pilihan untuk Menjadi Ibu yang Bekerja

Menjadi ibu itu capek ! Serius, melelahkan. Sebagai seorang ibu, mau bekerja atau full time di rumah, tetap saja melelahkan. Beberapa waktu...