Hai ! Selamat Idulfitri
1 Syawal 1441 Hijriah. Selamat merayakan hari Kemenangan bagi teman-teman
beragama Islam. Semoga selalu diberi sukacita dan damai sejahtera. Tak lupa,
semoga tetap sehat dan semangat untuk yang tidak bisa mudik tahun ini. Meski tak
dapat berjabat tangan, namun hati tetap tenteram karena selalu beserta Tuhan.
Amin. Bicara soal kemenangan, pas sekali, saat ini kita lanjutkan dongeng
dengan subjudul : Kemenangan.
Dongeng ini berjudul
“Petualangan Kelana”, bercerita mengenai seorang prajurit bernama Kelana (#2)
yang berhasil menggagalkan rencana Rafas, penyihir jahat, untuk melukai Putri
Mahesa, putri Sang Raja (#3). Karenanya, Kelana hendak diangkat menjadi seorang
Ksatria Kerajaan.
Ketika
Putri Mahesa menanyakan keluarga Kelana, Kelana berbohong mengenai keadaan
keluarganya (#4) dan Putri Mahesa menceritakan kisah mengenai hilangnya Sang
Ibu lima tahun yang lalu (#5).
Saat hari pelantikan
tiba, Kelana mengusir adiknya yang datang ke kerajaan (#6) dan secara
tiba-tiba, Rafas muncul dan menyihir Putri Mahesa hingga tak sadarkan diri. Ia
pun mengaku bahwa ialah yang membunuh Sang Permaisuri, ibu Putri Mahesa (#7).
Ketika kerajaan Andala diselimuti kegelapan karena sihir jahatnya, Permaisuri
menemuinya dan merebut tongkat Rafas. Namun naas, ia terjatuh dari tebing (#8).
Pada saat itu pula, Rafas mengatakan Putri Mahesa bisa kembali sadar dengan
syarat kerajaan Andala diserahkan kepadanya.
Atas kejadian ini, para
penasihat dan Ksatria istana mengadakan pertemuan dan didapatkan hasil mereka
akan berpencar untuk mencari teratai emas yang konon bisa untuk mengalahkan
sihir jahat (#9). Kelana pun memulai perjalanannya ke arah tenggara (#10).
Ketika berada di tengah
hutan, Kelana menyelamatkan seekor kelinci milik seorang wanita tua. Sebagai balas
jasa, ia memberitahukan cara untuk mendapatkan teratai emas dengan menunjukkan
lembah terdalam hutan. Sesampainya di sana, Kelana melihat cermin dan tersedot
masuk ke dalamnya (#11).
Kelana mengalami
perjalanan sihir hingga sampai ke sebuah tempat yang asing baginya, di mana
tempat itu terdapat tantangan untuk diselesaikan demi mendapatkan teratai emas.
Tantangan pertamanya adalah mengalahkan raksasa (#12). Pada perjalanannya
tersebut, Horsi, kuda kesayangannya, berubah dari kuda menjadi seekor tikus.
Pada #13 Kelana masih
mencari cara untuk bisa mengalahkan raksasa dan #14 menceritakan kesuksesan
Kelana dalam menghadapi ujian pertamanya itu dengan menggnakan taktik yang
cerdik. Setelah mengalahkan raksasa, Kelana kembali mengalami perjalanan ruang
dan waktu.
Kelana sampai pada
sebuah keramaian pasar untuk ujiannya yang kedua. Kali ini ia diminta untuk
menemukan barang yang paling berharga di sana (#15). Kelana masih belum
menemukannya, sesekali ia melihat uang yang ada di dompetnya manakala ada
keajaiban yang menggandakan uang tersebut. Lama ia mencari, namun belum juga
ketemu. Lalu tiba-tiba, teman seperjalanannya, Horsi, mulai menunjukkan
tanda-tanda tidak sadarkan diri (#16).
Setelah Horsi melewati
masa kritisnya, Kelana menemukan barang yang paling berharga (#17) dan ia
melewati perjalanan lagi untuk menghadapi ujian yang ketiga.
Di sini ia mendarat
pada sebuah pemukiman padat dan bertemu dengan seorang pencuri secara tidak
disengaja. Bila berhasil melewati ujian yang terakhir ini, Kelana akan mendapatkan
teratai emas (#18). Di pemukiman tersebut, Kelana bertemu dengan seorang
pencuri yang ternyata adalah adiknya sendiri, Maharani (#19).
Setelah bertemu dengan
adik dan juga ibunya, Kelana merasa menyesal telah berbuat jahat kepada mereka
dan ia meminta maaf atas perlakuannya. Mereka pun memaafkan Kelana (#20).
Mereka bertiga berbincang dan akhirnya diketahuilah bahwa teratai emas itu
disimpan oleh ibu Kelana setelah satu hari yang lalu seorang wanita
menitipkannya kepadanya (#21).
Kelana membawa teratai
emas itu dan langsung melaju ke kerajaan. Di sana ia menuju ke kamar Putri
Mahesa dan menemukannya dikelilingi oleh raja, dayang, dan para ksatria. Mereka
menyambut Kelana dengan gembira karena melihat teratai emas di tangannya.
Ketika teratai emas akan dipakaikan pada kepala Putri, tiba-tiba Rafas datang
dan merebut kotak teratai itu (#22).
***
Rafas membuka kotak itu. Alangkah
terkejutnya ia, melihat teratai emas tidak ada di dalamnya. Kelana langsung
mengambil kesempatan itu untuk mematahkan tongkat milik Rafas.
Krakk !
Tongkat
sihir milik Rafas sudah patah. Ia melihat Kelana dengan tatapan yang penuh
amarah.
“Kau menipuku !” katanya.
Kelana
tersenyum. Di hadapannya terdapat Rafas yang sudah tidak berdaya tanpa tongkat
sihir miliknya. Para ksatria dan raja, yang mulanya kecewa terhadap Kelana,
kini menyadari kecerdikannya untuk mengalahkan Rafas. Ia hanya bisa dikalahkan
oleh kesombongan yang diciptakannya sendiri. Mereka kemudian berdiri, dan mulai
mengelilingi Rafas. Rafas kemudian ditangkap untuk kedua kalinya.
“Dengan ini ! aku akan menghukum dirimu
! Hukuman yang jauh lebih berat dari sebelumnya !” kata sang raja.
Setelah itu, Kelana
langsung menuju kepada Putri Mahesa yang masih tertidur. .Perlahan ia
menempatkan teratai itu di atas kepalanya. Tiba-tiba keajaiban terjadi. Tubuh
Putri Mahesa tampak diselimuti cahaya berwana putih.
Semua orang menunggu
dengan jantung berdegup kencang, termasuk Kelana. Ia masih terduduk di samping
tempat tidur Putri Mahesa. Sudah tidak ada waktu lagi, butiran-butiran pasir
yang ada di jam itu mulai menetes seperti air. Tak berapa lama, Putri Mahesa
membuka matanya. Mereka bersorak sorai melihat sang Putri sudah lepas dari
sihir jahat Rafas.
Putri Mahesa perlahan
mulai terbangun dan duduk dibantu oleh para dayang. Kemudian ia melihat Kelana
berada di sampingnya.
“Lagi-lagi kau menyelamatkanku,” katanya
tersipu malu.
Kali
ini wajah Kelana memerah. Ia terpesona oleh kecantikan Putri yang selama ini
tidak ia sadari. Ia belum pernah bertatapan muka sedekat ini dengannya. Pesona
dan aura Putri Mahesa membuat Kelana gugup.
“Em.. sudah kukatakan, Putri. Ini adalah
tugasku untuk menjagamu,” kata Kelana
tertunduk. Ia tidak mampu menahan tatapan maut sang Putri.
Sang
Raja mendekat kepada mereka berdua. Ia berkata,
“Terima kasih, Kelana. Kamu telah
membebaskan Putriku, dan kami dari Rafas. Aku berharap, kamu bisa terus menjaga
Putriku satu-satunya untuk selama-lamanya.”
Putri
Mahesa dan Kelana bertatapan dan Kelana memberanikan diri untuk menggenggam
tangan Putri Mahesa. Iapun mencium kening Putri Mahesa.
No comments:
Post a Comment