Tuesday, May 1, 2018

Cerpen Edukasi : Kisah Siro


Hi guys ! To celebrate National Education Day in Indonesia, I made an educational-short-story :D enjoy !

***

Kulihat lapang kosong di depanku yang perlahan-lahan mulai terisi dengan air. Saluran air yang bocor menyebabkan air mengalir ke sana, semakin lama semakin banyak sehingga lapang kosong itu menjadi hampir penuh terisi air.

Kulihat pula teman-temanku sedang bekerja keras untuk menyelesaikan pekerjaan harian, yaitu membersihkan barang-barang milik majikan kami. Mereka sudah terlihat sangat lelah dengan pekerjaan-pekerjaan yang overload. Ditambah dengan kondisi ruangan kami yang semakin lusuh dan tidak terawat. Ruangan tempat kami bekerja terasa menjadi semakin sempit dengan adanya benda-benda yang sama sekali tidak berguna.

“hah… hah…” kudengar suara napas salah seorang pekerja, Om Thomas, yang jaraknya hanya beberapa langkah dariku. Suaranya terdengar semakin berat. Kurasa ia sudah kelelahan dengan pekerjaan-pekerjaan ini.

“lihat, sebentar lagi ia pasti akan dipaksa untuk beristirahat” ucap temanku, Bang Rio, yang bekerja di sampingku.

“ya. Dan kemudian benda itu akan datang, menambah pekerjaan kita, dan memenuhi ruangan ini” jawabku.

“hahaha.. bertahanlah, kawan. Kamu masih terlihat kuat. Kuharap memang benar kuat-kuat, tidak sepertiku yang semakin lemah ini”  Bang Rio berkata sambil menepuk bahuku.

“jangan berkata seperti itu, Bang. Umur kita sama, kekuatan kita juga sama. Kita pasti bisa melewati pekerjaan-pekerjaan ini..” belum sempat aku menyelesaikan kata-kataku, Bang Rio sudah menimpali,

“kalau saja majikan kita tidak memberi tugas yang terlalu berat. Sudah lebih dari dua puluh tahun pekerjaan kita menjadi semakin melelahkan.  Uhuk.. uhukk..”

“Bang.. “ aku menjadi khawatir dengan kesehatan Bang Rio yang sudah terbatuk-batuk sejak beberapa bulan ini.

“Aku tidak apa-apa,” jawabnya.

“Mari kita lanjutkan” Bang Rio memberikan senyumnya kepadaku.

“baik, Bang”  aku membalas senyumnya, dengan senyum kecut. Dalam hati aku berdoa, semoga kami semua akan baik-baik saja.

Sudah menjadi kebiasan, bila ada pekerja yang kelelahan, pekerjaannya akan digantikan oleh sebuah benda yang menurutku sama sekali tidak berguna; atau bahkan mengganggu. Ingin rasanya aku berteriak dan berkata kepada majikan kami, bahwa benda itu sangat mengganggu atau aku ingin menyampaikan agar ia berhenti membebani kami dengan semua ini, seandainya bisa.. akan tetapi, kami semua mengetahui bahwa hal itu sudah terlambat.

Ya beginilah hidup kami, para pekerja yang terlupakan ini.

Kami bekerja di tempat ini sudah sekitar lima dekade. Lama ? Tergantung. Kami bisa bertahan lebih lama lagi, jika sang majikan memperhatikan kami. Memang, pada awalnya, pekerjaan kami tidak terlalu berat, namun keadaan berubah sejak sekitar dua puluh tahun terakhir. Ia selalu membebani dengan pekerjaan yang sangat berat dan melebihi kemampuan kami, hingga satu per satu dari kami mengalami kelelahan dan pekerjaan akan diambil alih oleh sebuah benda yang tidak berguna itu.

Aku juga tidak tahu benda apa itu karena hal yang ia lakukan adalah mengganggu kami bekerja. Yang ia lakukan hanya diam dan mempersempit ruangan kami bekerja. Ia seperti sampah yang sama sekali tidak berguna. Akan tetapi sudah merupakan sebuah sistem, bahwa ia akan muncul bila salah satu dari kami kelelahan.

Gluduk gluduk..

Tidak perlu menunggu waktu yang lama hingga benda itu datang untuk menggantikan pekerjaan dari Om Thomas. Benda itu kembali memenuhi ruangan tempat kami bekerja. Aku melihat ke pipa saluran air yang tertekan di atasnya. Aku sangat ketakutan bila suatu saat pipa itu bocor karena pasti hal yang mengerikan akan berulang.

Pipa saluran air pernah bocor sekitar satu minggu yang lalu, namun tidak di ruangan kami. Meski kebocoran tidak terlalu besar, namun cukup untuk membuat kami dan teman-teman dari divisi lain ikut mengalami gangguan. Aku ingat, kejadian itu sangat mengerikan. Tak terhitung pekerja yang tumbang dan tidak dapat bekerja lagi. Temanku dari divisi lain mengatakan, banyak sekali  pegawai baru yang masuk untuk membantu.  Dan hingga saat ini, keadaan belum juga membaik, bahkan yang kudengar keadaan menjadi lebih buruk.

Oleh karena itu, aku sangat khawatir bila pipa-pipa tersebut bocor lagi, walaupun dengan adanya kebocoran itu majikan kami menjadi sangat baik dengan mengurangi beban kerja. Tetapi, tetap saja kondisi kami sudah memprihatinkan dan tidak bisa kembali seperti semula.

Gubrak.. !

Terdengar suara seperti ada yang terjatuh. Aku sangat kaget karena ternyata yang jatuh adalah Bang Rio yang bekerja tepat di sampingku.

“Bang.. bang Rio !” aku memanggil dan menggoyang-goyangkan tubuhnya. Tubuhnya sudah lemas dan tidak berdaya. Ia sama sekali tidak menggerakkan badannya. Aku juga ikut terguncang melihat teman terbaikku jatuh terkapar di lantai.

Tet.. tet..

Alarm berbunyi menunjukkan adanya kebocoran. Kulihat sekelilingku, tidak ada kebocoran di ruangan tempatku bekerja, aku yakin kebocoran pasti di bagian lain; tempat yang sama ketika seminggu yang lalu kebocoran itu terjadi. Aku kemudian berlari melihat ke arah luar. Ternyata air di lapang kosong semakin banyak dan sudah memenuhinya.

Keadaan menjadi sangat kacau. Kudengar alarm dari ruangan lain sudah berbunyi. Kami belum pernah mengalami hal separah ini sebelumnya. Teman-teman yang berada di ruanganku menjadi sangat panik, aku menjadi saksi mata bagaimana mereka satu per satu tumbang.

Hingga akhirnya hanya tersisa aku seorang.

Kudengar teriakan dan isak tangis dari luar sana. Tidak ada yang bisa kita semua lakukan. Semua sudah terlambat. Mataku berkunang-kunang, napasku sudah terasa sesak. Tidak berapa lama, aku jatuh ke lantai.

Aku mati.

Majikanku pun, mati.

Inilah akhir kisah hidupku, sel parenkim hati.

***

Sel parenkim hati bekerja untuk membersihkan racun yang masuk ke dalam hati. Majikan kami senang mengonsumsi alcohol selama puluhan tahun, hal itulah yang membuat pekerjaan kami semakin berat. Ketika kami merasa lelah, kami akan menjadi rusak dan akan tumbuh jaringan baru, yang dinamakan jaringan fibrosis, benda yang tidak berguna itu. Jaringan fibrosis adalah proses alami ketika sel mengalami kerusakan.

Kerusakan pada sel hati juga menyebabkan adanya gangguan pada pembuluh darah, diibaratkan sebuah pipa. Pembuluh darah mengalami kerusakan dan tumbuh jaringan fibrosis, hal ini mengakibatkan terjadinya hipertensi porta. Seperti selang yang memiliki kerak di dalamnya, agar air dapat tetap mengalir tentu aliran harus kuat untuk melawan kerak tersebut, inilah hipertensi, di mana tekanan darah akan meningkat.  Hipertensi porta kemudian menyebabkan varises esophagus (pelebaran pembuluh darah pada esophagus).

Terjadinya gangguan tekanan onkotik dan hidrostatik pada pembuluh darah juga menyebabkan terjadinya kebocoran plasma, dan bisa mengisi lapang atau ruang kosong pada perut atau disebut dengan rongga peritoneal.

Apakah semua itu berbahaya ? tentu. Adanya sirosis hati menunjukkan adanya kerusakan sistemik yang dimulai dari organ hati dan berakibat pada hamper seluruh organ, misalnya ginjal. Tekanan osmotic dan onkotik akan berperan pada regulasi natrium di ginjal. Sedangkan varises esophagus dapat pecah dan terjadi perdarahan organ dalam. Bisa mengakibatkan syok dan akhirnya berujung pada kematian.

Pada cerita di atas, saya mengibaratkan majikan adalah sang pemilik tubuh. Majikan ini sedang berada di ruang rawat intensif (ICU) karena sebelumnya sudah mengalami pecahnya pembuluh darah esophagus. ‘Pegawai baru’ yang dimaksudkan adalah mesin-mesin di ruang rawat intensif. Dalam waktu seminggu, dengan komplikasi ascites (terkumpulnya cairan pada rongga peritoneal), pasien kemudian mengalami kegawatan (alarm berbunyi) dan akhirnya meninggal.

Segala kejadian yang terjadi inilah yang disebut dengan sirosis hati.

No comments:

Post a Comment

Pilihan untuk Menjadi Ibu yang Bekerja

Menjadi ibu itu capek ! Serius, melelahkan. Sebagai seorang ibu, mau bekerja atau full time di rumah, tetap saja melelahkan. Beberapa waktu...