Monday, November 28, 2016

REAL (?)

As i said on my previous post, that i had written story inspired by my 'favorite' movie. Here is my fictive short story. Enjoy !

Cerita :
Bayu adalah seorang pengangguran yang sangat membutuhkan uang karena sedang dililit banyak hutang. Pada suatu hari, dia melihat ada sebuah lowongan pekerjaan, yaitu casting untuk menjadi pemain film lepas. Tanpa pikir panjang Bayu langsung mengikuti casting tersebut.
Setelah melewati beberapa tahap, Bayu akhirnya lolos untuk menjadi pemain film tersebut. “ah, akhirnya ada gunanya juga aku ikut teater jaman SMA dulu” pikir Bayu.

Shooting hari pertama.
Untuk satu scene saja, sudah lebih dari 20 take, namun acting nya masih saja belum memuaskan di mata sang sutradara. Shooting hari pertama akhirnya terpaksa diakhiri dengan kemarahan sutradara , “UDAH LAH KALO KAYAK GINI ACTING NYA GA MUNGKIN BISA. BESOK LAGI KALO MASIH GAGAL KAMU SAYA PECAT !!! DASAR AKTOR KACANGAN !!!!”

Kata-kata itu masih sangat terngiang di telinga Bayu. Bahkan goncangan bus TransJogja yang dia naiki pun tidak terasa. “aku harus gimana ? aku harus punya uang ! aku harus bisa bermain dengan baik besok atau hidupku pun hancur karena hutang-hutangku !!” pikir Bayu sambal terus membaca naskah film yang ia miliki.
Tak terasa bus pun berhenti. Bayu berjalan pulang ke kontrakannya, sebuah rumah kumuh di gang sempit. Baru saja Bayu duduk melepaskan lelah, pintu rumahnya diketuk dengan keras. Dengan ketakutan Bayu membuka pintu.
“WOY ANJING LO !  BALIKIN DUIT BOS GUAAAAAA !!!!!!!!!!!”  teriak Martin. Martin adalah ajudan dari Bima, seorang lintah darat, di mana Bayu telah berhutang kepadanya.
“ampun bang, belum ada. Besok bang…..” sahut Bayu dengan penuh ketakutan.
“DARI KEMAREN LO UDAH NGELES GITU TAI !! MANA DUIT NYA ???” Martin berteriak sambil menarik kerah baju Bayu.
Bayu pun terkejut. Tanpa sadar diraihnya sebilah pisau di atas meja. Sebelum Martin melayangkan pukulannya, Bayu sudah menusukkan pisau di perut Martin. Martin hanya menatap Bayu dengan pandangan kemarahan. Bayu pun kemudian melepaskan pisau yang tertancap di perut Martin dan menusukkannya lagi di dada Martin bertubi-tubi.
Tatapan mata Bayu kosong. Ia bersimbah darah. Tubuh Martin sudah tergeletak di hadapan Bayu. “inikah rasanya membunuh ?” ucap Bayu berkali-kali di dalam hati. Dilihatnya mayat Martin yang tergeletak di depan kakinya. Dipandanginya Martin, dari atas hingga ke bawah. Bagi Bayu, pemandangan ini layaknya déjà vu. “Aku pernah mengalami hal ini. Aku pernah melihatnya !” hati Bayu berontak. Jantungnya berdegup sangat kencang. Matanya melihat ke sekeliling secara liar. Kemudian tatapannya berhenti ketika ia melihat naskah film yang selalu dibacanya. “A story of A Murderer”  ya, Bayu merasa telah melakukan pembunuhan persis seperti apa yang ada di naskah film tersebut, di mana pembunuhnya melakukan pembunuhan dengan menusukkan pisau di perut dan dada secara bertubi-tubi. Dan Bayu berperan sebagai sang pembunuh.
Masih dengan tatapan kosong, naskah film itupun diambil Bayu dan kemudian ia menusukkannya secaa brutal – dan kemudian tusukan itu beralih ke tubuh Martin – lagi. Cipratan darah Martin membentuk corak tak beraturan pada naskah film Bayu.
“dengan ini ayunan tangan ku akan sempurna untuk ber acting besok” ucap Bayu dalam hati. Sambil tersenyum tipis ia merapikan dan membuang mayat Martin, baju, dan juga naskah film berdarah tersebut.

Shooting hari kedua.
“YAK, CUT !” senyum sutradara di penghujung shooting hari kedua. “nah, gitu dong mainnya ! kenapa gak dari kemaren kayak gini sih ? kalo kamu mainnya bagus terus, bisa naik nih gaji” kata sutradara sambil menepuk bahu Bayu.
“iya pak, kemaren mungkin belum nge feel” jawab Bayu lirih.
“yaudah sekarang kamu istirahat, besok kita harus shooting lagi lho” kata sutradara itu.
“iya pak .. oya.. em.. pak, boleh saya minta satu naskah lagi ? naskah yang kemarin ketinggalan di bus” pinta Bayu.
“ohh, boleh boleh. Wah, kamu ini pasti baca terus ya, sampe ketinggalan gitu. Hahahaha..” ujar sutradara. “he, Dimas ! kamu ada naskah film kan ? sini, naskah film mu buat Bayu aja, nanti kamu fotokopi lagi, kasian ini si Bayu udah mau pulang”lanjut sutradara kepada Dimas, yaitu seorang cameramen dari film ini.
“oke bos” jawab Dimas. “nih” Dimas memberikan naskah itu kepada Bayu. Bayu pun tersenyum dan pamit untuk pulang.

Dibukanya naskah film itu. Dengan bergetar, ia perlahan membaca adegan apa lagi yang akan ia lakukan. Kali ini adalah seorang perempuan. Bayu pun memejamkan matanya sejenak. “ya, ini demi acting ku agar sempurna. Aku harus melakukannya !” ucap Bayu dalam hati. Bergegas ia membuka pintu rumahnya dan mencari mangsa.
Lama ia berjalan, kemudian ia bertemu dengan seorang PSK yang sedang mangkal di pinggir jalan. Setelah melihat sekeliling, Bayu mendekati wanita itu.
“Brapa mbak ?”
“lo mau brapa jam ?”
“semalem”
“700ribu”
“gabisa diturunin harganya ?”
“lo punya brapa emang ?”
“500ribu”
“yaudah deh, lo bruntung, hari ini gua belum dapat pelanggan”
“oke mbak”
Bayu kemudian membawa PSK itu ke rumah kontrakannya.
“e gilak, ini rumah apa kandang ayam sih, berantakan banget. Bau amis lagi” keluh PSK. Selama PSK itu melihat sekeliling rumah Bayu, tanpa ia sadari Bayu sudah berdiri di belakangnya dengan membawa pisau rumput. Bayu sudah siap untuk menggorok leher wanita itu.
Crot !
Tanpa basa basi leher wanita itu sudah bersimbah darah. Jantung Bayu berdegup kencang –namun tak sekencang pembunuhan pertamanya- ia tampak lebih menikmati pembunuhannya yang kedua ini.
“ini lebih baik dari kemarin” ucap Bayu sambil menyeka keringat yang menetes di pelipisnya.

Pembunuhan demi pembunuhan dilakukan Bayu. Dan perasaan Bayu pun berubah, tidak ada lagi jantung yang bergedup kencang, tidak ada lagi keringat dingin yang membasahinya, bahkan lebih mengerikan, tidak ada lagi perasaan bersalah dalam diri Bayu.
……

Naskah itu sudah memasuki lembar terakhir. Tidak ada algi pembunuhan yang dilakukan. Semua sudah berakhir. Dibukanya lembar naskah itu. Perlahan. Sejenak Bayu tertegun membaca tulisan-tulisan itu. Lama dan terdiam. “ya, memang harus berakhir” ucapnya dalam hati.

Shooting hari terakhir.
Yuda, peran pembunuh bayaran yang diperankan Bima, berdiri tegak di depan pintu. Di hadapannya terdapat Thomas, kekasih Nissa, salah satu wanita yang telah dibunuh dengan sadis oleh Yuda. Thomas menatap Yuda dengan penuh amarah. Terdapat sebilah pisau di genggaman Thomas. Dengan senyum sinis Yuda berkata, “lakukan saja apa yang mau kamu lakukan. Tugasku di sini sudah selesai”.
Tanpa pikir panjang Thomas langsung menusukkan pisau ke
“YAK, CUT!”
Teriak sang sutradara.
“Good job Bayu !! kamu memang potensial untuk menjadi bintang besar !! ayo bangun !!” ucap sang sutradara tersenyum gembira.
Lama ditunggu, Bayu tidak kunjung beranjak dari tempatnya. Tubuhnya masih terkulai di lantai. Darah segar mengalir dari perut Bayu. Tubuh Bayu pun berubah warna menjadi pucat. Semua kru diam memandangi tubuh Bayu.
Salah seorang kru yang bertugas sebagai Team Art Director mengecek properti yang digunakan. Semua terkejut ketika melihat pisau mainan yang seharusnya digunakan berada di tas Bayu. Bayu telah menukar pisau mainan dengan pisau asli. Kru yang lain mengecek nadi di leher Bayu. Tidak teraba. Bayu telah melakukan aksi bunuh diri menggunakan tangan orang lain secara mengenaskan.
Semua masih terdiam.
“CUT ! WRAPPING !” teriak sang sutradara.
“ya. Kali ini benar-benar CUT yang terakhir ! kalian istimewa” ucap asisten sutradara.
Semua kru kemudian bertepuk tangan dan saling memberi selamat.
Naskah milik Bayu terjatuh. Terbuka pada halaman terkahir. Ingat, naskah itu adalah milik kameramen yang diberikan sang sutradara kepada Bayu. Di sana tertulis sebuah pesan :
“ikuti Bayu ke mana pun ia pergi. Rekam setiap pembunuhan yang ia lakukan. Lakukan dengan perlahan. Jangan sampai ia mengetahui keberadaanmu”.

“sebuah trik psikologis yang menawan bukan ?” kata sutradara di penghujung film kepada seluruh kru.

Ya. Semuanya telah direncanakan oleh sutradara itu. Ia sudah memperkirakan bahwa Bayu memiliki jiwa lemah yang mudah diperdaya ketika tertekan. Segala pembunuhan telah diperhitungkan dengan matang oleh sutradara itu. Termasuk aksi bunuh diri yang dilakukan oleh Bayu.

This is the real story of a murderer”

-tamat-

PS : jadi ceritanya, lagi ngobrol sama Bima di stand OKA. katanya Kine mau bikin film thriller. coba-coba bikin cerita deh ;D

2 comments:

Pilihan untuk Menjadi Ibu yang Bekerja

Menjadi ibu itu capek ! Serius, melelahkan. Sebagai seorang ibu, mau bekerja atau full time di rumah, tetap saja melelahkan. Beberapa waktu...